Tandaseru — Peserta Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) perwakilan Kabupaten Pulau Morotai menyesalkan pelayanan panitia pelaksana MTQ XXIX tingkat Provinsi Maluku Utara yang dilangsungkan di Morotai.
Meski berkesempatan menjadi tuan rumah, para kafilah itu mengaku sejumlah pelayanan yang diberikan panitia dan official belum dilakukan secara maksimal.
Sayuti Dj. Wahab, peserta tilawah cabang Qiraaht Shobah golongan Mujawwad mengaku kecewa dengan pelayanan panitia dan official soal akomodasi.
Salah satu pelayanan yang disesalkan Sayuti, yakni tidak adanya biaya transportasi yang diberikan official mereka. Padahal, dirinya juga sudah melayangkan pesan singkat kepada official.
“Tidak ada sama sekali. Sementara kita ini peserta kabupaten, kemudian membawa nama baik kabupaten. Kami punya transportasi saja kami yang tanggung sendiri, itu transportasi sampai datang di sini (lokasi),” kata Sayuti, Minggu (20/3).
“Kemarin juga saya sudah chat lewat grup WhatsApp untuk minta bantu biaya transportasi dari Tobelo ke Morotai, ternyata tidak ada sama sekali chatting saya yang direspon di dalam grup itu,” sambung dia.
Keluhan Sayuti yang tidak digubris membuatnya kembali lagi ke Malifut, Halmahera Utara, untuk mencari biaya transportasi menuju Pulau Morotai.
“Akhirnya saya balik ulang ke Malifut dengan teman saya yang juga sebagai peserta tilawah dari Morotai untuk cari uang dalam rangka perjalanan sampai ke Morotai, nanti hari ini baru saya bisa tembus ke sini,” ucap warga Desa Hapo, Pulau Morotai, tersebut.
Menurutnya, pelayanan lain yang tidak maksimal ialah soal penyediaan menu makanan yang terkesan asal-asalan dari pihak penanggung jawab.
“Kami peserta ini makan bukan semaunya mereka saja. Tapi, harus kami punya mau, kami punya makan harus modelnya bagaimana, apalagi kami sebagai tilawah itu tidak bisa makan sembarangan demi untuk menjaga suara kami sebagai tilawah. Ini tidak, makanan itu semaunya mereka saja, seenaknya mereka taruh begitu,” bebernya.
Sayuti mengaku, kesediaan menu yang tidak sesuai kemauan para tilawah itu membuat dia dan peserta MTQ lain terpaksa mengeluarkan biaya sendiri.
“Akhirnya ada beberapa peserta tilawah dan saya harus mencari makanan sendiri, karena kami tidak mau jika sebentar nanti kami tampil itu bisa merusak kami punya tampilan suara, karena dapat mengganggu suara kami. Pada akhirnya kami harus cari jalan untuk mengatur mengonsumsi makanan jangan sampai berpengaruh di suara kami,” pungkasnya.
Keluhan yang sama juga disampaikan seorang tilawah perwakilan Morotai yang enggan namanya disebutkan. Ia menilai, pihak penanggung jawab perlu jeli melihat masalah pelayanan yang dikeluhkan itu.
Tinggalkan Balasan