Ery bilang, ANTAM akan mendorong akses pasar yang lebih luas, tidak hanya untuk kebutuhan lokal dan regional Maluku Utara, tapi juga antar provinsi dan pasar ekspor. Karena sejak tahun 2019 kelompok Varamau telah memproduksi sebanyak 35.250.000 meter persegi coco peat dengan nilai ekonomis Rp 556.376.000, dan tahun 2020 lalu sebanyak 75.000 meter persegi dengan nilai ekonomis Rp 1.050.000.000 dan sampai periode  2021 sebanyak 60.300 meter persegi dengan nilai ekonomi sebesar Rp 844.200.000.

Para petani membuat coco peat sabut kelapa. (Istimewa)

“Saat ini petani kelapa dan pengrajin coco peat mendapatkan tambahan pendapatan signifikan dari penjualan sabut kelapa, tempurung, dan produk-produk turunan kelapa lainnya,” jabarnya.

Diharapkan dengan adanya pengiriman perdana ini akses pasar untuk produk coco peat semakin terbuka sehingga petani mendapatkan keuntungan dari kegiatan pemanfaatan limbah kelapa.

Ery juga mengajak seluruh stakeholders untuk bersinergi dan berkolaborasi mengembangkan industri kelapa terpadu sehingga semua potensi tanaman kelapa mulai dari sabut, tempurung, buah kelapa, air kelapa dan bagian-bagian dari kelapa lainnya memberikan nilai tambah untuk menggerakan ekonomi lokal.

“Perguruan tinggi, pemerintah, perusahaan dan masyarakat dan media dapat bersinergi untuk mewujudkan hal tersebut,” tandasnya. (pn)