Kiprah Iriany berlanjut dengan penerimaan penghargaan dari Presiden Joko Widodo pada tahun 2014. Ia didaulat sebagai guru berdedikasi dan berprestasi luar biasa.

“Satu-satunya guru SMA di Indonesia yang dapat penghargaan tersebut saat itu, dan itu adalah Iriany dari SMA Negeri 2 Kota Ternate,” ucapnya.

Tahun 2015, pengajar yang aktif menulis di Kompasiana ini diterima sebagai mentor of education Asia Pacific.

“Waktu itu saya bekerja pusatnya di Malaysia. Setahun berikutnya saya ditugaskan ke Korea Selatan, berikutnya lagi saya ditugaskan ke Bangkok,” sambungnya.

Pada 2018 alumni Universitas Pattimura Ambon ini mengikuti lomba untuk guru inovasi di bidang teknologi. Iriany lantas didapuk sebagai Duta Rumah Belajar Nasional oleh Kemendikbud.

“Menjadi duta, saya bekerja membina guru-guru di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) yang merupakan daerah paling terluar di Indonesia,” ujarnya.

Di sana, ia membina para guru untuk dapat memanfaatkan teknologi.

“Saya mendampingi mereka untuk belajar teknologi tanpa internet,” imbuh Iriany.

Dari hasil pembinaan tersebut, Iriany menerima penghargaan dari Kemendikbud sebagai duta terbaik, ia kembali dipilih untuk diberangkatkan ke Australia.

“Di sana saya berada di Canberra, Sydney dan Melbourne, saya belajar memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran rural IT bagi daerah-daerah yang blank spot. Tugas saya mendampingi para guru, siswa, belajar memanfaatkan teknologi di daerah-daerah yang bank spot tadi,” jelasnya.

Pandemi Covid-19 di tahun 2020 juga berdampak buruk terhadap sektor pendidikan. Meski begitu, Iriany tetap semangat melakukan pendampingan guru-guru belajar menggunakan teknologi.

“Karena suka tidak suka waktu itu kan kita harus belajar menggunakan IT, maka saya tetap mendampingi teman-teman di daerah 3T untuk tetap belajar jarak jauh tanpa internet,” ungkapnya.