Diakui atau tidak, kondisi semacam ini akan meningkat drastis jika tidak ada perhatian khusus yang diberikan kepada anak-anak. Kehadiran teknologi (televisi dan handphone) bisa saja menjadi teman bermain bagi anak-anak. Tetapi kita harus ingat, tugas utama mereka adalah belajar. Jangan sampai kegiatan mereka dihabiskan dengan bermain game online, Facebook, Tik-tok dan menonton televisi. Seharusnya kacamata kita lebih dipertajam lagi agar dapat mengambil pelajaran dari berbagai macam masalah di atas. Jangan hanya guru yang terus dituding menjadi biang kerok. Ingat, pendidikan bukan hanya merupakan tanggung jawab guru, tetapi orang tua dan lingkungan masyarakat juga memiliki tanggug jawab yang sama.

Keluarga juga bagian dari pusat pendidikan yang seharusnya berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Memang ada pendapat yang mengatakan bahwa jika ingin melihat kualitas pendidikan suatu bangsa maka lihat dulu kualitas gurunya. Bahkan ada pula yang mengatakan guru adalah jantung pendidikan serta garda terdepan bagi bangsa ini. Namun kita harus ingat, negara telah memberikan tanggung jawab kepada tenaga pendidik (guru), orang tua (keluarga) serta lingkungan untuk mencerdaskan anak bangsa.

Untuk itu, marilah kita sama-sama membangun kesadaran serta kerja sama dan komitmen untuk menaruh perhatian yang lebih kepada generasi bangsa kita. Jangan kita biarkan zaman menghancurkan generasi bangsa kita. Ingat, kurangnya kesadaran orang tua serta lingkungan sekitar terhadap pendidikan anak akan membawa dampak yang buruk. Hal ini yang harus disadari agar tidak lalai dengan tanggung jawabnya dengan alasan kesibukan atau bekerja. (*)