Tandaseru — Azan magrib dikumandangkan, pertanda waktu berbuka puasa telah tiba. Ya, saat itu Faujia Fatmona dan sang suami, Ilham Tuahuns, mulai bergegas pulang usai menjajakan takjil sejak pukul 04.00 WIT.

Juni 2014, Faujia bercerita awal dimana ide gilanya merintis usaha warung kopi (warkop) dengan modal Rp 50 ribu bersama Ilham. Kala itu, ia dan Ilham masih rutin menjajakan takjil jelang berbuka puasa di Pasar Basanohi, Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara.

Jelang buka puasa, Faujia dan Ilham mulai bergegas kembali ke rumah untuk menyiapkan menu berbuka. Kesibukan Faujia selayaknya istri pada umumnya, dia kerap menyiapkan kopi bagi para tamu yang datang ke rumah.

Suatu malam, ide warkop tiba-tiba terlintas di benak Faujia. Awalnya, sang suami sempat keberatan, sebab membangun sebuah warkop tentu tidaklah mudah.

“Waktu itu kami masih jualan kue di pasar, itu bulan puasa. Di rumah saya tiba-tiba dapat ide bikin warung kopi, memang suami saya sempat keberatan,” ungkapnya kepada tandaseru.com, Rabu (15/9).

Meski sempat keberatan, Ilham akhirnya memberikan restu sang istri membangun warkop. Dengan modal Rp 50 ribu hasil jualan takjil, Faujia kemudian meminta Ilham membeli 1 kilogram biji kopi seharga Rp 13 ribu dan dua kaleng susu.

“Modal awal itu hanya Rp 50 ribu, kopi 1 kilo masih harga Rp 13 ribu, itu tahun 2014,” kenangnya.