Tandaseru — Para bakal calon kepala desa di Pulau Morotai, Maluku Utara, mengaku keberatan dengan rencana pelatihan selama 3 pekan.
3 pekan, bagi mereka, terlalu lama untuk mengikuti pelatihan. Di sisi lain, mereka pun harus bekerja untuk menghidupi keluarga.
“3 minggu itu bukan waktu yang pendek, kita juga butuh kerja lain untuk menghidupi keluarga. Jadi kalau bisa pelatihannya dilakukan 1 atau 2 hari saja lah, dan perlu ada solusi yang lebih baik dari itu,” ucap salah satu balon kades yang menolak namanya dipublikasikan.
Ketua Pansel Prof. Dr. Husen Alting yang diwawancarai terkait keberatan para balon kades itu menyatakan akan mengkonsultasikan keluhan tersebut dengan Bupati Benny Laos.
“Iya, tadi ada masukan dari teman-teman waktunya terlalu panjang, mempertimbangkan pekerjaan orang dan sebagainya. Nanti kita usul ke Bupati, dengan catatan kalau Pak Bupati setuju nanti ada beberapa materi yang kita press, jadi pemadatan materi sehingga waktunya bisa pendek. Begitu teori dan caranya untuk mempersingkat waktu,” kata Husen.
Menurut mantan Rektor Universitas Khairun ini, pansel memiliki niat baik memberikan pengetahuan kepada para balon kades. Walau sebagian balon ada yang masih merasa dirugikan dari sisi waktu.
“Kalau kami dari akademisi, dapat ilmu itu mahal, karena kita harus bayar orang. Saya sudah jelaskan kami akan undang narasumber yang ahli untuk kasih pengetahuan. Kalau kami dari sisi akademisi sebenarnya menguntungkan. Investasi pendidikan itu kan mahal, tapi ini kita dapat gratis,” jelasnya.
“Tapi ada yang menggunakan pendekatan waktu, tidak bisa bekerja, ya masuk akal. Karena dia lihat dari sisi waktu dia habis tidak bisa bekerja, jadi menurut saya itu masuk akal juga,” tambah Husen.
Tinggalkan Balasan