Persoalan lain yang diangkat massa aksi adalah kerusakan jalan. Di Jiko Cobo tersebut, terdapat 88 jalan berlubang dan rusak. Sedangkan satu jembatan di Cobo pantai sudah hampir 4 tahun tak tuntas diaspal.
“Di Mafututu ditemukan terdapat 51 jalan berlubang atau rusak, sehingga total kerusakan jalan karena berlubang sebanyak 139 titik kerusakan. Padahal jalan lintas Mafututu-Jiko Cobo adalah jalan utama akses menuju ke Kota Ternate bagi masyarakat Tidore Timur dan sekitarnya,” beber Fandi.
“Maka dari itu kami menuntut dan mendesak kepada pemerintah kota Tidore kepulauan agar segera dengan segala pendekatan kekuasaannya memperbaiki atau bila perlu melakukan pengaspalan baru sekaligus pelebaran jalan di sepanjang jalan lintas Mafututu-Jiko Cobo,” tukasnya.
Begitu pula dengan persoalan lampu penerangan jalan. Massa mendesak pemkot segera melanjutkan proyek lampu jalan yang saat ini terhenti di dua kelurahan itu.
“Menurut data yang kami dapat dari kedua kelurahan bahwa masing-masing Kelurahan Mafututu dan Jiko Cobo mendapatkan jatah 200 titik lampu jalan, jadi total keseluruhan lampu penerangan jalan adalah sebanyak 400 titik,” papar Fandi.
“Belum lagi persoalan sampah. Oleh karena itu kami mendesak agar pemerintah dengan segala kekuasaanya segera memfasilitasi tempat sampah di masing-masing RT dan memfungsikan mobil pengangkut sampah yang lalu lalang lewat jalur Mafututu dan Jiko Cobo untuk mengangkut sampah-sampah di Mafututu dan Jiko Cobo,” ucapnya.
Fandi menambahkan, massa aksi merasa sedih sebab persoalan tersebut pun dialami warga di beberapa tempat di wilayah Tidore daratan Pulau Halmahera. Contohnya di Desa Maidi dan Desa Lifofa di Kecamatan Oba Selatan yang menghadapi masalah akses jalan dan jaringan.
“Untuk itu, kami bersuara atas nama pemerataan pembangunan, pemerintah kota segera lakukan pembangunan yang merata di daerah Tidore maupun di dataran Halmahera,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan