Tak hanya itu, Ibu Rosita dan Erna juga mengajar mulai dari kelas 4 sampai kelas 6. Tetapi jumlah  ruangan SD Talaga hanya empat yang terbagi dua ruang kelas, dan dua ruang difungsikan untuk perpustakaan beserta ruang belajar. Sementara ruang kelas dipakai hanya dua ruangan, yaitu satu kelas  khusus kelas 1 dan 3 dan satu ruang kelas lagi dipakai khusus kelas 4 dan 6.

Menurut  Rosita,  masih ada orang tua siswa yang selalu datang ke sekolah meminta izin untuk anaknya pulang dengan tujuan pergi kebun. Padahal saat itu belum waktunya pulang sekolah.

“Waktu itu saya sangat menghargai sehingga diberikan izin siswa tersebut untuk pulang,” ucapnya.

Perempuan yang menjadi tulang punggung SD Talaga itu bersusah payah agar sekolah tersebut tetap eksis, dan menginginkan anak-anak di kampung punya prestasi.

“Untuk apa saya jauh-jauh mengajar di SD Talaga? Salah satunya karena ada berkat kerendahan hati orang tua saya yang sering mengirim beras dari Kelurahan Mafututu ke kampung Talaga demi kebutuhan makanan selama menginap di Talaga, agar tidak pulang ke rumah,” papar Rosita.

“Saya pernah dengar, ibu Kepsek bilang penambahan guru honorer di sekolah mestinya dari orang Talaga dan tidak bisa orang lain. Jika guru honorer dari luar, saat mereka pulang ke kampung halamannya, susah balik ke sekolah,” katanya.

Di beberapa kesempatan, SD Talaga telah didatangi oleh Kapolres Tidore AKBP Azhari Juanda beserta ibu Bhayangkara. Kedatangan Kapolres di waktu itu mereka memberikan bantuan, berupa sepatu, tas, seragam dan celana sekolah. Tak hanya itu, Kapolres bersama rombongannya membagi buku bacaan kepada siswa-siswi SD Talaga.

“Kami bersyukur waktu itu, kalau bukan karena Pak Kapolres, siswa-siswi SD Talaga tidak akan memakai seragam sekolah,” ujar Rosita.

Usai berdiskusi dengan Ibu Guru Rosita, kami bertiga langsung masuk ke ruang kelas untuk membagikan peralatan sekolah. Bantuan berupa buku tulis, pulpen, dan bola kaki  tersebut diberikan secara simbolis oleh Ketua Umum dJaman Malut Imran Husen dan disaksikan oleh siswa-siswi dan ibu guru.

Di dalam ruang kelas, mereka semua bergembira dan merasa senang atas pemberian bantuan yang kami diberikan. Kebersamaan dan kesederhanaan di hari kemerdekaan, banyak dipersembahkan kepada anak-anak SD Talaga. Keakraban terbangun, dan jejak kemerdekaan harus diwujudkan dengan perbuatan perjalanan kemanusiaan.

“Saya dan Ibu Erna rasa bersyukur dan berterima kasih, karena sudah meluangkan waktu untuk berbagi dengan siswa di SD Talaga. Semoga kehadiran kalian bertiga ke sekolah ini membawa manfaat bagi siswa-siswi di SD Talaga. Saya berharap Pemerintah Kota Tidore Kepulauan bisa merespon kebutuhan SD Talaga,” harapnya.

Setelah beberapa waktu, kami berpamitan kepada Ibu Rosita dan Erna beserta anak-anak SD Talaga untuk pulang ke rumah. Kami juga berpamitan dengan Pak Mus bersama istrinya yang telah berbaik hati menampung kami satu malam.

Langkah demi langkah kami lepas meninggalkan kampung Talaga. Panas matahari bukan menjadi halangan dalam perjalanan, tetapi sesungguhnya kita berterima kasih kepada alam dan orang-orang yang pernah menjadi ingatan dan kompas di hutan Talaga. (*)


*Sekjen LMP Perjuangan Ade M. Nur tutup usia pada Juli 2021.