“Marilah kita saling memberi support, bukan lagi berpikir tentang konsumen membeli produk kita, karena itu sudah menjadi poin kedua. Sebab, poin pertama, sesama pelaku usaha saling menghidupkan antara satu dengan yang lain,” pesannya.

“Awalnya peserta UMKM Festival sebanyak 50 orang yang mendaftar. Dan di saat menggelar konferensi pers, semua peserta hadir. Itulah disebut kolaborasi yang sehat, antara pelaku usaha maupun pelanggan dan saling mengembangkan produk usahanya,” ujar Aison.

Sementara Toms yang setia di jalur kopi Legend House mengatakan, persoalan konsistensi dalam merawat kolaborasi, ia tetap komitmen dan istiqamah.

“Lagi-lagi, yang disampaikan Babang Eros, Kaka Oches, Kaka Aison itu, mereka adalah senior saya yang terus menebarkan inspirasi bagi anak muda Tidore agar terus bangkit, dan memberi manfaat kepada semua orang, bahwa pentingnya kolaborasi adalah satu kesadaran untuk berlaku adil,” tambahnya.

Malam semakin larut. Rusli Oches atau sapaan akrab Kaka Oches ini masih semangat. Oches beranggapan, kolaborasi bisa membuka pasar, salah satunya adalah melalui pemerintah.

“Pemerintah ketika kita ingin berkolaborasi dengan mereka hanya diambil dalam bentuk pakaian lokal dan membawanya ke pameran. Oleh karenanya, sangatlah berbeda berkolaborasi dengan mereka, maka itu perlu ada inovasi yang tinggi,” kata dia.

“Di Kabupaten Pulau Morotai misalkan, harus ada fungsi kontrol ke Pak Dewan dalam melakukan kolaborasi lewat pakaian, itupun di tahun ketiga baru mereka mengiyakan. Yang susahnya adalah, ketika membuat baju Zara, Gucci, baru saya disuruh membuat selevel dengan mereka, karena oleh-oleh itu untuk setingkat menteri, bukan hanya kepada mereka sebesar Rp 200 ribu,” terangnya.

Dari pembicaraan itu, terkuak pentingnya kolaborasi dalam membangun pelaku ekonomi kreatif di Kota Tidore Kepulauan. Mereka juga berharap pemerintah dapat membuka diri dalam membangun kreatifitas anak muda di setiap event, baik di tingkat lokal maupun nasional.(*)