Selalu berkolaborasi dalam membuat event, kata Eros, merupakan cara Music Corner memikirkan masa depan pelaku ekonomi kreatif. Agar sebuah perayaan tak menjadi euforia sesaat belaka.

Sekadar informasi, ada isu tentang Sail Tidore yang ditunda. Sebagai penggantinya digagaslah Festival Maluku Kie Raha yang disepakati melibatkan seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara. Tentunya, semua Dinas Pariwisata akan melakukan kolaborasi yang difasilitasi Dispar Malut. Maka peran para komunitas dan UMKM sangatlah penting.

Eros mengaku kecewa beberapa tahun lalu event Gerhana Matahari Total yang dibuat terkesan dadakan.

“Masak besok gerhana, hari ini baru pasang baliho. Sangat disayangkan. Padahal event tersebut event internasional yang dianggap paling lucu bagi saya,” tukasnya.

Ia berharap, Sail Tidore tahun depan bakal jadi event yang lebih matang persiapannya. Meski Music Corner nantinya tak dilibatkan, Eros tak mempermasalahkan. Ia hanya berpesan agar tanah Tidore tidak dirusaki.

“Karena di tanah ini kami masih tetap tinggal. Pasar masih terbuka lebar bagi siapa saja. Sebab di zaman milinial ini, siapa yang kreatif, siapa punya jejaring besar, dia akan dipakai,” tandasnya.

Selanjutnya A.H.M atau disapa dengan Kaka Aison, melalui kariernya di Jakarta, pernah berkarya di Mahakarya, Raise Indonesia, serta menjadi manajemen artis. Dan di tahun 2016 yang lalu, ia memutuskan balik ke Tidore.

“Bukan di Jakarta, lalu ingin balik ke Tidore. Sekali lagi, bukan itu,” kata Kaka Aison.

Ketika berkarier di Jakarta, tujuannya ingin mencari berbagai pengalaman dan relasi, serta mencari uang.

“Pada saat sudah merasa cukup dan tak berlama-lama lagi untuk balik ke Tidore untuk berkarya lagi. Jangankan Jakarta, Ternate, Jailolo, Bacan, Haltim, maupun Halteng, saya tidak perlu terpikirkan untuk berkarya di situ. Terus terang, saya akan habiskan tenaga dan pikiran untuk balik ke Tidore,” tuturnya.

“Kalau ditanya, kenapa  harus balik ke Tidore, karena saya berpikir banyak orang dan berpikir untuk Tidore. Dari situ, saya membangun SON Institute dan entrepreneurship, talk show, serta memotivasi teman-teman menjadi seorang pengusaha. Lalu di tahun 2014, saya konsisten dan menjalani apa yang sudah diperbuat,” ungkapnya.

Dari pengalaman tersebut, program-program yang pernah dibuat, tak lain adalah membangun sebuah wadah untuk memotivasi anak-anak muda.

“Karena generasi muda saat ini sulit untuk berkembang sebab kita telah diwariskan oleh generasi tua yang membuat kita sulit keluar. Maka dari itu, kita tak lagi boleh melakukan kesalahan yang sama. Ini kesempatan emas bagi anak-anak muda, saling berbagi pengetahuan tentang ekonomi kreatif maupun pentingnya kolaborasi supaya generasi berikutnya tidak sulit seperti sekarang ini,” ucapnya.

“Gara-gara torang bakulai dan fitnah, sebagian anak muda, seperti Bams yang lari ke Joga, Babang Eros lari ke Ternate, jangan sampai torang saling tabrak di tengah jalan. Maksud saya, tak hanya berpikir diri sendiri, tetapi berpikir untuk banyak orang, terutama anak-anak muda Tidore,” ujarnya.

Menurutnya, menciptakan pasar amat penting. Sebab di situ para pelaku ekonomi kreatif bisa saling kenal dan menjalin kolaborasi. Langkah ini akan menghidupkan pelaku ekonomi kreatif satu dan yang lainnya.

Misalkan di Kota Tidore Kepulauan, ia sudah bisa mengukur daya beli masyarakat.

“Saya cukup realistis untuk melihat kondisi seperti ini. Sedangkan di saat orang lain susah datang di Tidore, orang yang di Tidore banyak yang keluar, salah satunya mencari pekerjaan di luar Tidore. Padahal kita saling mengenal, ternyata di situ kita saling menghidupkan,” cerita Aison.

Aison menjelaskan, beberapa bulan lalu ia sempat membuat UMKM Festival dengan mengundang berbagai pelaku ekonomi kreatif di Kota Tikep. Untuk itu, Syukur Dofu hadir dan berperan dan saling mengenal serta berkolaborasi, guna menghidupkan antarpelaku usaha.