Tandaseru — Penanganan sampah di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, dinilai belum maksimal. Hal ini lantaran sarana dan prasarana yang disediakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) masih jauh dari yang diharapkan.
Bahkan sarana dan prasarana seperti mobil truk pengangkut sampah ada yang sudah ‘rewel’ namun masih dipaksakan beroperasi. Bukan hanya itu saja, ketersediaan kontainer sebagai tempat penampung sampah juga belum terlihat ada di semua kelurahan.
Kepala DLH Kota Tikep, Muhammad Syarif saat dikonfirmasi Sabtu (22/5) mengakui jika sarana dan prasarana yang tersedia untuk dipakai melayani sampah di Kota Tikep sangat kurang. Menurutnya, kontainer yang tersedia terbatas, sehingga hanya ditempatkan di kelurahan yang volume sampahnya cukup tinggi.
“Kontainer yang ada sebanyak 25 unit. Yang dipakai 17 unit, 8 lainnya sudah rusak,” ujarnya.
Meski begitu, Syarif menegaskan tetap mencari solusi terbaik guna menambah sarana dan prasarana pendukung untuk lebih maksimalkan lagi layanan persampahan.
“Waktu pertemuan dengan DPRD melalui Komisi III saya juga sudah menyampaikan persoalan ini. Saya mengakui masyarakat ribut soal sampah ini, karena sarana dan prasarana masih kurang. Tapi tetap akan kami upayakan agar masalah ini bisa tertangani dengan baik,” terangnya.
Ia juga meminta dukungan DPRD untuk membantu mendorong penambahan sarana dan prasarana menggunakan APBD Kota Tikep, juga dapat mendorong melalui Kementerian Lingkungan Hidup.
“Tentu sarana dan prasarana pendukung untuk pelayanan sampah ini DPRD juga merespon baik, untuk sama-sama mencari solusi terbaik. Karena memang harus diakui, sampah ini bisa ditangani dengan baik kalau sarana dan prasarana juga memadai,” ungkapnya.
Terpisah, Ketua Komisi III DPRD Kota Tikep, Malik Hi Muhammad juga mengakui adanya permasalahan tersebut yang disampaikan Kepala DLH dalam rapat dengar pendapat (RDP) beberapa waktu lalu.
“Kami dalam pertemuan itu sudah minta ke kepala dinas agar inventarisir semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan itu, biar kita bisa dorong untuk lakukan pengadaan. Memang kita akui bahwa sarana dan prasarana persampahan yang dipakai ini umurnya sudah tua, sudah bisa dikatakan ‘besi tua’, apalagi truk itu. Kalau tidak pengadaan baru, sudah pasti pelayanan terganggu karena sering rewel,” aku Malik.
Ia menegaskan, penting dan wajib hukumnya sarana dan prasarana penanganan sampah perlu dilakukan pengadaan baru dan perlu ditambahkan.
“Jangan hanya kejar Adipura saja, tetapi sarana dan prasarana tidak diperhatikan. Seharusnya menuju visi dan misi Tidore Jang Foloi ini penanganan sampah juga harus menjadi perhatian utama,” tegasnya.
Malik juga menyarankan agar DLH mengubah skema penanganan sampah. Yakni dengan intensif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah.
“Intinya pemahaman yang diberikan ke masyarakat ini bahwasanya sampah itu tidak semua masalah. Ada sisi positifnya sampah bisa mendatangkan nilai ekonomis bagi masyarakat,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan