Ia juga mengaku, cara lain yang dilakukannya adalah memerintahkan kepada pimpinan Balai Pelatihan Pertanian (BPP) yang berada di masing-masing kecamatan agar selalu melakukan bimbingan terhadap petani.
“Karena setelah kami melakukan evaluasi, BPP di tiap kecamatan ini juga malas dalam melakukan bimbingan. Untuk itu harus diadakan kelompok binaan,” tegasnya.
Menurut Yusmar, masyarakat Halteng sudah harus membaca peluang pertambangan yang ada. Untuk itu perlu ada petani yang punya niat serta komitmen.
“Karena ketika kita menanam sayur dan lain-lain, sudah pasti perusahaan IWIP bakal menjadikan langganan sayur di kemudian hari. Jadi kita menanam tanaman yang multikultural saja untuk menyambut kebutuhan IWIP. Sangat disayangkan ketika pihak perusahaan harus membayar sayur di daerah lain, sementara kita masyarakat Halteng juga bisa bertani,” ujarnya.
Apalagi perkembangan infrastruktur sudah mulai dibangun ini. Misalkan jalan menuju Kecamatan Patani sudah terhubung, otomatis perusahaan dengan gampang mengambil hasil tani yang ada di Kecamatan Patani juga.
“Jadi cara saya memotivasi mereka itu saya cukup bilang, betul juga ketika bapak ibu menanam tanaman tahunan namun apakah sampai saat ini bisa dinikmati setiap bulan? Tapi kalau tanaman bulanan ini bisa menjawab kebutuhan kita. Apalagi zaman sekarang kebutuhan anak semakin meningkat berarti kita perlu untuk mendapatkan penghasilan di tiap bulan juga,” paparnya.
“Kami juga siap membantu para petani untuk berkoordinasi dengan perusahaan agar makanan bulanan itu harus diambil dari masyarakat yang benar-benar bertani,” tandas Yusmar.
Tinggalkan Balasan