Tandaseru — Juru Bicara Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan Capt. Ali Ibrahim dan Muhammad Sinen (AMAN), Ardiansyah Fauji menilai Basri Salama keliru jika menganggap pasangan petahana itu bukan lawan berat. Ardiansyah bahkan menilai pasangan kandidat Basri Salama dan Muhammad Guntur Alting (BAGUS) sudah game over ketika Kaukus Parlemen tak sehati mengusung satu pasangan calon.
Apalagi, kata Ardiansyah, Basri selama ini jarang berada di Tidore.
“Hal itu terlihat jika kita lacak kembali jejak digital Basri Salama dalam beberapa media online tentang sikapnya maju pada Pilkada Tidore Kepulauan 2020,” ungkapnya, Selasa (25/8).
Sebagai jubir AMAN, kata Adriansyah, penting dirinya mengingatkan kembali penegasan yang pernah Basri ucapkan. Di mana Basri pernah mengeluarkan pernyataan jika ada tiga pasangan calon yang maju menantang petahana dengan dukungan Kaukus Parlemen maka Basri adalah orang pertama yang tak akan maju.
Parpol yang tergabung dalam Kaukus Parlemen waktu itu, ujar Ardiansyah, bersepakat menggunakan indikator survei dalam menentukan jagoan mereka untuk menantang petahana.
Menurut Ardiansyah, ucapan Basri Salama tahun kemarin itu bukan kata-kata tak bermakna, karena sebagai politisi nasional sudah dipikirkan matang-matang sebelum mengeluarkan statement.
“Ada maksud yang mudah kita tangkap, bahwa jika Pilkada digelar dengan tiga pasang maka Basri Salama sudah pasti kalah, karena itu lebih baik menarik diri lebih awal. Ia menginginkan pertarungan head to head karena kemungkinan menang bisa terjadi. Karena itu ketika SALAMAT yang lebih dulu mendapatkan tiket untuk lolos persyaratan calon di KPU Desember nanti, hitungan calon penantang kedua petahana tak ada lagi, selesai,” tukasnya.
Ardiansyah menambahkan, pasangan BAGUS telah mengeluarkan statement dengan judul yang cukup provokatif, yakni pasangan petahana Tidore bukan lawan berat. Alasan BAGUS, visi dan misi petahana tidak jalan dan tidak sinkron dengan visi agromarine.
“Bahkan kata Basri ada lembaga survei kredibel merilis hasil bahwa yang tahu tentang visi agromarine itu hanya 2 persen dan 98 persen masyarakat tidak tahu. Basri tidak menyebut secara spesifik nama lembaga survei, tapi jika menyebut beberapa maka sudah pasti lembaga surveinya lebih dari satu. Sayangnya, dalam pernyataannya tersebut tak ada infografis yang disertakan, sehingga data lembaga survei mana yang dipakai tak bisa kita lihat,” sambungnya.
“Saya kemudian berpikir, mungkin karena pasangan BAGUS jarang berada di Kota Tidore Kepulauan sehingga bisa jadi tak memiliki data lain sebagai pembanding atas beberapa problem yang diucapkan semisal pertanian dan perikanan, sehingga akhirnya memberi penilaian yang salah,” tambah Ardiansyah.
Ardiansyah pun membeberkan beberapa data sebagai pembanding pernyataan Basri sebelumnya. Data ini menurutnya bersumber dari Bappelitbang Tikep.
- Tahun 2019, produksi pertanian dan perkebunan Tikep mengalami peningkatan dari 26.974 ton di awal RPJMD menjadi 38.045 ton melewati target RPJMD 26.986.
- Untuk produksi perikanan daerah di awal RPJMD 15.896 ton naik menjadi 16.890 ton.
- Olahan hasil perikanan 4.848 ton di awal RPJMD naik menjadi 6.520 ton di tahun ini.
- Capaian enam Misi RPJMD 2016-2021 berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) RPJMD secara keseluruhan realisasi sudah di angka 96,34 persen.
“Jadi jika dibilang Basri visi dan misi petahana tidak jalan sangat tidak mungkin ada kenaikan produksi baik sektor agro maupun sektor marine,” paparnya.
Soal kinerja pemerintah, sambung Ardiansyah, hasil survei 2 lembaga kredibel, salah satunya Charta Politika, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pemkot Tidore tergolong cukup baik, berada di antara 60 sampai 70 persen.
“Pada lembaga survei lain, Indobarometer merilis tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Capt. Ali Ibrahim dan Muhammad Sinen yakni 70 sampai 80 persen,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan