Tandaseru — Gula tare merupakan ‘permen’ khas Maluku Utara. Saat ini, camilan manis ini pembuatnya berkurang drastis. Salah satu yang masih bertahan adalah Salasa Abdul.

Salasa yang tahun ini berusia 64 berasal dari Lingkungan Akeboca Kelurahan Soa, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate. Di usia senjanya, ia masih semangat membuat gula tare.

Gula tare yang siap dikonsumsi. (Istimewa)

Ditemui tandaseru.com, Kamis (20/8), Salasa mengisahkan telah membuat gula tare sejak 1973. Dengan gula tare lah ia menghidupi empat anaknya.

Membuat gula tare adalah pekerjaan turun-temurun dalam keluarga Salasa. Ia mewarisinya dari sang ayah.

“Bikin gula tare ini sudah dari dulu. Saya belajar dari ayah saya yang dulunya juga buat gula tare,” kisahnya.

Dulu, Akeboca jadi salah satu sentra pembuatan gula tare. Namun sejak 1970-an lahan perkebunan tebu banyak dijual warga. Alhasil, tebu yang menjadi bahan baku utama gula tare kian sulit didapat, membuat pembuatan gula tare berkurang dengan sendirinya.

“Saat ini yang masih bikin gula tare di Akeboca tinggal saya sendiri,” aku Salasa.