Tandaseru — Sekelompok lansia di Pulau Morotai, Maluku Utara, berupaya mengembangkan musik tradisional tide-tide yang terancam punah. Alat musik tie-tide terdiri atas fiol (alat musik gesek, red), gong dan tifa.

Saat ini, sudah amat jarang ditemui pementasan tide-tide dengan alat musik tradisional. Apalagi diiringi tarian orang-orang mengenakan kebaya.

Sebaliknya, tide-tide lebih banyak ditampilkan di pesta-pesta hajatan. Sudah tentu musiknya dipadukan dengan dentuman irama disko.

Salim Syafar. (Tandaseru/Irjan Rahaguna)

Ketua Grup Lansia, Salim Syafar, warga Desa Tiley, Kecamatan Morotai Selatan Barat, saat ditemui tandaseru.com mengaku musik adat tradisional tide-tide sudah mulai sirna. Alhasil, ia mengajak tujuh rekannya melestarikan musik ini.

“Kami terdiri dari delapan orang, kami bentuk baru satu bulan lebih,” ucap Salim, Rabu (27/12).

Upaya Salim terbilang berani, sebab di desanya sendiri belum pernah ada alat itu. Ia mulai terinspirasi mengembangkan musik tide-tide saat ada hajatan di kampungnya yang mendatangkan musik ini. Alatnya didatangkan dari Kecamatan Galela, Halmahera Utara.