Oleh: Siti Hajar Ansar, S.Ked
Ketua Komunitas Anak Pesisir Laut (Katapel) Morotai

______

PROGRAM reformasi birokrasi yang sedang berjalan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan agar semakin baik. Terkait hal ini, di Bumi Podiki De Porigaho Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai telah menjalankan langkah strategis guna meningkatkan kualiatas pelayanan masyarakat, tak ketinggalan peningkatan sumber daya manusia, yang bekerja sama dengan 8 perguruan tinggi di Maluku Utara. Harapan besar mencerdaskan anak bangsa Bumi Moro hari ini dan akan datang, agar kelak mampu bersaing di era society 5.0.

Terima kasih dala-dala, terima kasih tak terhingga untuk Bapak Bupati Benny Laos dan Bapak Wakil Bupati Asrun Padoma, tanpa kita sadari di tangan Bapak berdualah sejatinya pembangunan itu terwujud. Meminjam kalimat Ibnu Sina “Dokter yang bodoh adalah ajudan kematian”, jika kalimat ini dianalogikan maka simpulannya adalah kebijakan beasiswa anak-anak Morotai adalah sebuah pembangunan imperium baru, peletak dasar gerbang emas di sisi timur Indonesia bagian utara. Selain Bapak berusaha untuk meratakan infrastruktur dengan keterbatasan anggaran, juga beberapa ikon yang coba diapungkan, terakhir kawasan religi yang sempat ditolak DPRD.

Specially for Bapak Benny Laos, saya Siti Hajar Ansar, selaku anak negeri penerima beasiswa pertama di hari pertama Bapak berkantor. Mungkin Bapak lupa, sebelum segala urusan dimulai. Di saat waktu sudah menunjukkan pukul 17:30 WIT, Bapak menerima proposal yang saya ajukan, menyetujui permohonan dari anak seorang petani. Dipastikan juga, pekerjaan pertama saat itu yang Bapak lakukan adalah mengeluarkan surat perintah/rekomendasi dukungan Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai terhadap saya. Selanjutnya, teman-teman yang lain juga mengajukan hal yang sama. Dan bahagianya saat ini ada program Morotai wajib belajar 16 tahun.

Untuk itu, demi penerapan sistem akuntabilitas dan tranparansi, juga peningkatan efektivitas dan efisiensi anggaran, saran kami salah satu syarat penerima beasiswa perguruan tinggi harus mampu menunjukkan ijazah SMP dan SMA lulusan Kabupaten Pulau Morotai. Hal ini dilakukan untuk menghindari kebocoran dana beasiswa agar tidak disalahgunakan oleh pihak lain yang seenaknya ganti domisili, numpang KK dan mendapatkan bantuan secara cuma-cuma. Sementara itu, masih banyak anak-anak Morotai yang sangat membutuhkan biaya pendidikan.

Harapan saya, di tahun 2024 Morotai masih membutuhkan kepemimpinan Bapak Benny Laos untuk terus tertulis; terus mengukir dan terus membangun gerbang emas di bibir pasifik. Akhir kata, Semoga Bapak sekeluarga selalu diberikan kekuatan, kesehatan, juga teriring doa kami panjatkan, inshaa Allah selalu dalam lindungan Allah SWT, Tuhan YME. Aamiin. (*)