Tandaseru — Banjir yang melanda Desa Waitina, Kecamatan Mangoli Timur, Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul), Maluku Utara, Sabtu (4/7) menyebabkan ratusan rumah terendam banjir dan 135 Kepala Keluarga (KK) harus dievakuasi. Tak hanya itu, satu sarana pendidikan yakni SMA Negeri 1 Mangoli Utara juga mengalami kerusakan.

Banjir di Waitina sendiri terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi di wilayah hulu menyebabkan aliran air dari Kali Waigafu meluap mengikuti Kali Waisenga. Akibatnya, tanggul jebol ke sisi kiri dan kanan. Luapan air dengan ketianggian 80 sentimeter hingga 1 meter pun merendam sejumlah wilayah dan rumah warga.

Setelah Pemerintah Kabupaten Kepsul menetapkan tanggap darurat selama tujuh hari sejak Sabtu, distribusi bantuan terhadap warga yang terdampak banjir di Desa Waitina mulai disalurkan.

Akibat peristiwa ini, kerugian yang dialami warga yang terdampak ditaksir sebesar Rp 350 juta.

Kepala BPBD Kepsul, Hendra Irawan Umabaihi. (Tandaseru/Samsur)

“Kerugian diperkirakan Rp350 juta. Kebanyakan perabotan dapur terbawa air,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kepsul, Hendra Irawan Umabaihi kepada sejumlah awak media, Senin (6/7).

Untuk tempat pengungsian, Hendra bilang, Pemerintah sudah siapkan. Namun karena kebanyakan di Desa Waitina sebagian besar adalah keluarga, maka untuk malam hari mereka memilih ke rumah saudara dan siangnya baru ke tempat pengungsian.

Selain itu, lanjut Hendra, untuk saat ini masyarakat yang terdampak lebih membutuhkan normalisasi sungai guna mencegah banjir susulan.

“Tadi pagi (Senin) memang ada banjir susulan, tapi itu akibat dari hujan di pegunungan namun tidak separah hari Sabtu. Jadi saat ini warga juga butuh normalisasi sungai dan tetap waspada karena cuaca juga belum bisa diprediksi masih hujan atau tidak,” terangnya.

Hendra mengakui, untuk sementara belum ada anggaran khusus penanganan banjir. Namun pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk membantu.

“Alhamdulillah tadi sudah ada dari Dinas Kesehatan, menjaga jangan sampai ada masyarakat yang sakit,” tuturnya.

Tak hanya itu, pada tahun 1988, Desa Waitina pernah dilanda banjir yang terbilang cukup parah. Sejak saat itu, hingga memasuki tahun 2020, Desa Waitina kembali dilanda banjir.

“Di tahun 2020 memang baru pertama kali pada Sabtu (4/7) kemarin,” ucap Hendra.