Tandaseru — Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara memaparkan adanya 10 sungai rawan banjir di wilayah Malut. Tahun ini, BWS akan mulai melakukan perencanaan pengendalian banjir terhadap empat dari 10 sungai tersebut.

Kepala BWS Malut Bebi Hendrawibawa mengungkapkan, ke-10 sungai rawan banjir tersebut di antaranya adalah Sungai Kobe dan Wairoro di Halmahera Tengah, Sungai Momoi, Dua, Oboi, dan Meja di Halmahera Timur, Sungai Mitra di Pulau Morotai, serta Sungai Katana dan Yaro di Halmahera Utara.

Menurut Bebi, Sungai Tiabo di Halut yang meluap baru-baru ini hingga menghancurkan jalan penghubung justru tak masuk kategori sungai rawan banjir. Ia baru dikategorikan rawan banjir jika jembatan di atas sungai terendam saat banjir melanda.

“Itu kan karena air ‘belok’, dan ada material pohon yang hanyut sehingga mengenai akses jalan. Pohon utuh, yang artinya jatuh dengan sendirinya akibat daya ikat tanahnya tidak kuat lagi atau catchment area-nya relatif gundul. Dan suangi-sungai yang ada di Maluku Utara ini rata-rata belum punya tanggul penahan banjir. Harusnya sungai, ada bantaran, baru dibangun tanggul banjir,” ujarnya, Senin (25/1).

Bebi bilang, tahun ini BWS Malut akan melakukan Survei Investigasi Desain (SID) yang akan menghasilkan dokumen perencanaan pengendalian banjir. Sebab sejauh ini sebagian besar sungai rawan banjir di Malut belum punya dokumen tersebut.

“Jadi saat kita menurunkan dana, dari APBN maupun non-APBN, tidak bisa serta merta turun. Harus ada perencanaan, namanya gimana, baru bisa keluar,” kata Bebi.

Ia menjelaskan, pengendalian banjir di Malut sebagian besar terkendala pembebasan lahan di sekitar sungai. Sebab alokasi anggaran yang diusulkan baru akan diakomodir jika lahan telah dibebaskan.