Lalu ada Sultan Amiruddin Sjah atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Nuku. Ia berdamai dengan siapa saja, bahkan ketika membebaskan Maluku Kieraha dari tangan kaum penjajah, Nuku didukung dari kalangan yang tidak seagama dengan satu misi yaitu misi kemanusiaan.
“Ketika kemanusiaan kita ditindas, maka kita punya kesatuan, pandangan, persepsi yang sama, maka Sultan Nuku memanggil orang-orang Tobelo, orang-orang Canga, orang-orang dari Tobaru, orang-orang dari Halmahera untuk bersatu padu dengan Sultan Nuku supaya benar-benar terbebas dari penjajah,” tegasnya.
Tindakan ini terus terjaga hingga di masa Sultan Zainal Abidin hingga Sultan Almansur. Di saat itu pendeta di zaman Belanda dan Jerman ingin menyebarkan ajaran injil di Papua, mereka datang kepada Sultan, dan kini Injil menyebar di Tanah Papua karena semangat persaudaraan yang dibangun.
“Jadi alangkah naifnya jika ada orang bilang jangan sampai kalau Sultan jadi (Gubernur) akan membangun ini dan itu. Saya akan melakukan ajaran moyang saya. Saya punya semangat persaudaraan ini, dari sejak nenek moyang saya,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan