“Jadi jika bapak ibu yang hadir hari ini menilai kedua tokoh ini telah tuntas dengan diri mereka, saya kira inilah waktu untuk memperjuangkannya,” tandas Pendeta Verdianus.

 

Sementara Sultan Husain yang juga calon gubernur Malut nomor urut 1 itu mengatakan politik merupakan bagian dari seni-seni kehidupan yang harus dijaga.

“Tetapi masih banyak seni-seni kehidupan yang harus kita jaga. Kita boleh berbeda pilihan dalam politik tetapi hubungan kemanusiaan kita, hubungan kultural kita, tidak boleh menjadi penghalang kita untuk berinteraksi satu dengan yang lain,” ucap Husain disertai dengan tepuk tangan meriah jemaat.

Menurut Sultan Husain, moderasi beragama di Maluku Utara bukanlah ajaran yang baru bagi umat Kristiani ataupun Islam.

“Moderasi beragama sudah ada ribuan tahun lalu. Sebelum kita ini ada nabi-nabi yang sudah datang membawa ajaran itu, bagaimana kita memberikan penghormatan satu dengan yang lainnya,” katanya.

Mantan Anggota DPD RI itu mencontohkan, Sultan Saifuddin adalah seorang muslim yang taat, tetapi ketika Juan Sebastian Elcano menginjakkan kaki di Bumi Kie Raha tepat di depan Kedaton Kesultanan Tidore, Sultan Saifuddin menghamparkan karpet merah dan seluruh pakain kebesaran demi menyambut sang tamu.

“Dan itu ditelurkan sampai hari ini, bagaimana hubungan kemanusiaan antara Tidore, Maluku Kieraha dan negara Spanyol selalu terjaga. Setiap tahun utusan-utusan dari Spanyol datang untuk memperingati hubungan kemanusiaan yang pernah ditorehkan Juan Sebastian Elcano dan Sultan Saifuddin itu sendiri,” kisah Sultan Husain.