Menurut Sultan Husain, ia diberi beberapa opsi dalam penawaran itu. Pertama adalah sejumlah uang untuk cukup mencalonkan diri sebagai papan dua (wakil gubernur, red). Opsi kedua, sejumlah uang untuk tidak maju sama sekali dalam Pilgub Malut 2024.

“Dan uang yang ditawarkan bukan satu dua rupiah, bukan satu dua miliar. Sangat besar. Tapi saya tetap memilih untuk bertarung,” ungkapnya.

Sebagai seorang sultan, Husain mengaku kehidupannya sudah cukup nyaman. Ia tinggal di istana, dilengkapi singgasana dan mahkota. Namun kondisi daerah yang memprihatinkan dari sisi pembangunan maupun keadilan ekonomi membuatnya tak tenang.

“Para nabi dan orang-orang saleh pun berjuang untuk umatnya, untuk rakyatnya. Jadi mana mungkin saya yang hanya seorang sultan duduk diam di singgasana sementara rakyat masih banyak yang butuh perubahan?” ucapnya.

Sultan menduga, ia diminta tak nyagub lantaran ada kekhawatiran jika dirinya memimpin Malut maka para pejabat nakal tak bisa lagi melakukan korupsi.

“Kalau saya pimpin, dorang (pejabat nakal, red) tara boleh korupsi sana sini, tara boleh danata (rakus, red) kasana kamari, tara boleh cobo (ambil, red) sabarang-sabarang,” tegasnya.

Meski begitu, Sultan menegaskan ia tak bisa sendirian berjuang memajukan Malut. Ia butuh sebanyak mungkin tangan untuk turun sama-sama menyelamatkan Malut dari keterbelakangan.

“Maka mari kita sama-sama berjuang, semoga bapak ibu percayakan amanat itu untuk saya dan Asrul Rasyid Ichsan dengan memilih nomor urut 1,” pintanya.

Ia pun berjanji, bersama pasangannya Asrul Rasyid Ichsan tidak akan meninggalkan rakyat.

“Saya tidak ingin menyia-nyiakan sisa umur saya untuk mengkhianati rakyat,” tandas Sultan.