Tentang Coach Imran, tanpa bermaksud subyektif, saya melihatnya sebagai bagian dari aset masa depan Indonesia. Itulah alasan pertama kali ketika Imran diminta melatih saat Liga 2. Ia pelatih muda yang smart, pendekatannya ke pemain terbilang gaul. Imran ini pelatih berlisensi A-Pro dan mau terus belajar. Game manajemen dia terbilang bagus. Di tengah isu penolakan naturalisasi pemain, menurut saya sangat lucu saat tak ada satupun pengamat atau suporter bola yang menolak kuota 8 pemain asing di Liga 1. Bahkan posisi milik pribumi seperti penjaga gawang sekarang dikuasai pemain asing. Pelatih? Besok lusa jika diberi kesempatan, Imran bisa jadi akan berdiri sendirian sebagai pelatih pribumi yang melatih tim liga 1.
Apakah tidak ada evaluasi? Sekali lagi manajemen tahu yang terbaik untuk membangkitkan tim ini. Saya secara pribadi melihat Imran masih layak diberi kesempatan. Sepak bola punya banyak sekali faktor penentu. Bukan semata aspek teknis yang bisa dihitung secara matematika.
Jika melihat 6 laga awal Malut United di BRI Liga 1, kita akan temukan beberapa indikator yang membuat tim ini kesulitan. Yang paling dominan adalah belum adanya sosok pemain U-22 yang tampil konsisten. Malut United punya Toufany (penjaga gawang Timnas), Firman Ramadhan (bek kiri), Darrel Valentino (gelandang), Pramudya Suharli (gelandang) dan Rafly Ikram Selang (penyerang sayap). Jujur mereka belum siap bermain di Liga 1.
Bukan semata soal skill tapi juga mentalitas. Bandingkan dengan penampilan Made Tito semalam. Gelandang muda Bali United yang saya mention dalam catatan sebelumnya. Ini puzzle yang belum ditemukan Imran. Jika anda melihat penampilan Malut United sejak melawan Madura United di pembukaan Liga hingga laga melawan Bali United semalam, pemain U-22 selalu jadi handicap yang mudah dieksploitasi tim lawan.
Faktor kedua adalah banyak cedera pemain yang terjadi. Ilham Udin Armaiyn, Fredyan Wahyu, Yance dan Yakob (absen dua laga dan baru bermain semalam tapi cedera lagi) hilang dan berdampak pada tim. Kesiapan fisik untuk menghadapi jadwal padat juga belum sepenuhnya optimal. Malut United bermain empat kali dalam dua minggu. Mulai tanggal 13 lalu saat menjamu Semen Padang dan akan berakhir 26 September besok saat away ke Solo melawan tuan rumah PSS Sleman.
Kontribusi pemain asing juga masih terbilang minim. Adaptasi dan chemistry belum terlihat pada level yang pas. Mengapa Imran tidak memainkan pemain lokal? Dalam sepakbola, pelatih dan tim yang bekerja di lapangan saban hari jelas lebih tahu kesiapan pemain. Biarkan mereka bekerja dengan profesional.
Ada tiga hari recovery. Moga bisa dimanfaatkan dengan baik sehingga pemain kembali bugar. Tak hanya bugar di aspek fisik tetapi juga bugar secara psikis. Penting untuk meluapkan dua kekalahan beruntun. Lewat tengah malam tadi, saya dapat kabar baik dari Bantul. Yance Sayuri yang sempat kolaps dan dilarikan ke rumah sakit sudah kembali sadar. Dirinya akan menjalani CT scan di RS Penambahan Senopati untuk memeriksa kondisi secara keseluruhan. Moga Yance dan Yakob kembali pulih. Juga Ilham dan Fredyan. Malut United membutuhkan kontribusi kalian untuk melanjutkan kompetisi ini. (*)
Tinggalkan Balasan