Pendidikan Bagi Anak Desa di Era Globalisasi (Sebuah Analisis Pendidikan di Kabupaten Pulau Morotai yang Lebih Maju)
Oleh: Fahmi Djaguna
Dekan FKIP Universitas Pasifik Pulau Morotai
_______
TULISAN ini berawal dari diskusi yang dilakukan oleh mahasaiswa Kuliah Berkarya dan Bermasyarakat (KBM) Unipas Morotai angkatan IX tahun 2024 pada tanggal 17 September 2024 pukul 20.00 WIT (jam 8 malam) di Desa Bere-Bere Kecamatan Morotai Utara Kabupaten Pulau Morotai. Dalam diskusi itu penulis diundang sebagai salah satu panelis untuk membedah pemikiran dengan tema “Pentingnya Pendidikan Bagi Anak Desa di Era Globalisasi”. Cukup asyik, mengesankan dan berenergik dalam diskusi tersebut terkait pendidikan bagi anak desa.
Hemat penulis, tema ini tak asing lagi karena pendidikan bukan sekadar baca dan tulis akan tetapi jauh melampui batas. Pendidikan menurut penulis adalah salah satu pilar pembangunan sebuah bangsa. Dengan pilar pendidikan yang kuat, bangunan cita-cita suatu bangsa dapat berdiri kokoh. Pendidikan juga merupakan suatu kebutuhan yang wajib dipenuhi dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya pendidikan manusia tidak dapat hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Tanpa adanya pendidikan pula manusia tidak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki melalui proses pembelajaran ataupun cara lain yang dikenal masyarakat. Meminjam kata bijak tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara bahwa “Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup. Pendidikan itu sendiri adalah kehidupan”. Karena pendidikan adalah sepanjang hayat maka, tiap-tiap warga negara dikenai wajib belajar sebagai perwujudan urgensinya pendidikan bagi manusia.
Ki Hajar Dewantara juga menggugat kesadaran kita, untuk apa pendidikan itu? Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya istilah pendidikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar menjadi dewasa. Untuk itu, pendidikan, berasal dari kata “paedagogie” dan “paedagogiek”. Paedagogie adalah pendidikan sedangkan paedagogiek adalah ilmu pendidikan (Ngalim Purwanto, 2019).
Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “paedagogie”, yang terdiri dari kata “paes” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Jadi paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak (Ahmadi dan Uhbiyati, 2019). Sedangkan dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan dengan kata “to educate” yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Sedangkan dalam bahasa lokal Galela dengan kata “madoto” artinya belajar dan “dodoto” artinya ajaran. Sebagaimana para ahli pendidikan; Driyarkara: Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda.
Untuk siapa pendidikan itu? Tentu jawabanya adalah untuk anak-anak dan rakyat. Seperti pesan Muh Yamin bahwa pendidikan dihadirkan untuk mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang beradab dan berbudaya. Begitu juga seruan mantan Menteri Pendidikan Anies Baswedan dengan slogan “gerakan mengantarkan anak sekolah”. Atau meminjam bahasanya Ki Hajar Dewantara bahwa "Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda”. Atau yang sekarang kita kenal dengan istilah Trias Pendidikan yaitu Pertama Pendidikan Formal (Sekolah), Kedua Pendidikan Nonformal (Pendidikan di masyarakat) dan Ketiga Pendidikan Informal (Pendidikan di Keluarga). Dan Ki Hajar Dewantara juga menegaskan bahwa pendidikan harus menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengukur kualitas suatu bangsa maka diukur adalah kualitas pendidikan, dan untuk mengkur kualitas pendidikan maka diukur adalah kualitas sekolahnya serta untuk mengukur kualitas sekolahnya yang harus diukur adalah kualitas gurunya. Terakhir untuk mengukur kualitas gurnya maka yang harus diukur adalah kualitas siswanya.
Maka dari itu tulisan ini adalah bentuk ikhtiar dan bentuk analisa dalam hasil diskusi terkait dengan kondisi Pendidikan Bagi Anak Desa di Era Globalisasi khususnya di Kabupaten Pulau Morotai. Karena penulis menyimak, bahwa salah satu tujuan konstitusi adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bukan merupakan tujuan akhir, namun merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lebih lanjut, yaitu menjadi bangsa Indonesia yang maju dan sejahtera.
Komentar