Bagi saya, kompetensi itu proses latihannya 90 persen dan membaca buku 10 persen. Kompetensi dan keterampilan kemanusiaan, solidaritas dan empatik itu, didapat dari lingkungan pergaulan, pengalaman hidup dan kepekaan yang tinggi, di rentang waktu yang panjang. Bukan dari berapa jumlah jilid buku yang telah kita baca.

Dan karib saya yang pulang berlibur dari Jakarta tadi, tak membawa tumpukan buku sebagai “ole-ole” buat saya. Dia membawa perspektif, sudut pandang dan mindset-nya dalam melihat masalah. Dan itu ada di otaknya yang berubah drastis meski hanya berpendidikan relatif rendah. Dia membawa kado paling bernilai dalam hidupnya dan hidup saya: kesadaran kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia, dikaruniai harkat, derajat, martabat dan harga diri. Wallahua’lam. (*)