Daftar petinju hebat itu akan bertambah panjang jika kita mengingat nama lain semisal Micho Rasyid, Martin Betawi, Hengky Wattimuri, Ibrahim Syukur, Rusdi Syukur dan Upy Pelu. “Kita punya banyak sekali potensi yang hebat, sayang pemerintah tak terlalu peduli. Tinju bukan lagi pilihan. Banyak sasana yang tak terurus. Atlet berjuang sendirian” keluh Dani.

Cerita tentang Sunan Agung Amoragam, peraih perunggu Asian Games 2018 yang sebelumnya menyumbang medali emas untuk Maluku Utara di ajang PON 2016 Jawa Barat seperti berbanding lurus dengan rasa sesal Dani. Kisah yang sama dialami Diandra Ariesta Pieter, cewek kelahiran Ternate yang dua kali juara dan meraih medali emas Sea Games Vietnam 2021 dan Kamboja 2023 di cabang kickboxing. Saat kembali ke daerahnya, tak ada sambutan apapun. Diandra malah terlihat sendirian naik ojeg saat akan kembali ke Jakarta.

Pada lanskap ini, kita patut merenung. Seberapa besar rasa hormat kita untuk mereka yang sudah berjuang untuk daerah dan negara. Kita punya banyak sekali atlet dengan jejak hebat di dunia sepakbola, tinju dan bulutangkis, tetapi mereka hanya ada dalam ingatan segelintir orang yang masih waras. Manny Pacquiao – petinju Filipina yang begitu dipuja memberi sebuah satire yang menusuk keadaban. “Ini bukan tentang materi. Ini tentang kehormatan yang saya bawa ke negara”. (*)