Oleh: Herman Oesman
Dosen Sosiologi FISIP UMMU
_______
MENJELANG Pemilihan Kepala Daerah 2024, kita banyak diserbu citra simulakra melalui baliho dan spanduk tanpa makna, konsep semu, dan slogan bualan penuh janji. Namun sekali lagi, politik mudah berubah. Pemilihan kepala daerah tahun-tahun kemarin cukuplah menjadi pengalaman bagi masyarakat untuk memilih orang-orang yang tidak cakap dan tidak cukup memiliki kapasitas mengurus hajatan publik. Cukuplah pada Pemilihan Kepala Daerah 2019/2020 lalu rakyat memercayai orang yang “dianggap baik” untuk memperbaiki sistem. Namun, ternyata orang baik tidaklah cukup ketika berada dalam lingkar sistem yang begitu predatoris. Kita butuh pemimpin, kepala daerah berintegritas dan memiliki imajinasi kuat untuk membangun.
Kenyataannya, banyak kepala daerah yang harus tertangkap karena perilaku koruptif dan maraknya praktik transaksional. Kenyataannya pula, banyak kepala daerah tak mampu menunjukkan kepemimpinannya yang memberi manfaat bagi daerah yang dipimpinnya.
Kepemimpinan itu tak memberi jejak berarti.
Pemilihan kepala daerah serentak tahun 2024, daerah dan rakyat membutuhkan pemimpin bertanggung jawab, berani melakukan terobosan, tidak terlena dalam wilayah nyaman, dan mampu menghadirkan watak pemimpin, bukan penguasa.
Diharapkan, dalam pemilihan kepala daerah, masyarakat harus memperkuat basis sosial dengan mengontrol sumber daya (terutama ekonomi) agar siapa saja dapat dengan leluasa mengaksesnya.
Tinggalkan Balasan