“Jika dilihat perkembangan distribusi PDRB selama 5 tahun terakhir, terjadi penurunan yang signifikan pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Di sisi lain, terjadi peningkatan sektor industri pengolahan dan pertambangan,” terangnya.
Beralih ke inflasi, data dari BPS Provinsi Maluku Utara menunjukkan bahwa inflasi Provinsi Maluku Utara, tepatnya Kota Ternate pada Februari 2023 mengalami inflasi sebesar 1,85% (m-to-m) atau 6,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 5,47% (yoy).
Adapun kelompok yang memberikan andil inflasi secara tahunan terbesar yaitu kelompok transportasi. Sementara itu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi (yoy) sebesar 3,88%, dengan sumbangan inflasi berasal dari beberapa jenis ikan segar, cakalang diawetkan, dan beras.
“Sektor transportasi masih menjadi sektor dengan inflasi tertinggi yaitu sebesar 22,18%. Sub Kelompok yang mengalami inflasi yoy tertinggi, yaitu subkelompok jasa angkutan penumpang sebesar 35,60%. Andil inflasi terbesar berasal dari tarif angkutan udara (pesawat). Jika dibandingkan dengan regional, Kota Ternate sebagai pusat inflasi di Maluku Utara menjadi kota dengan tingkat inflasi tertinggi kedua setelah Kota Manokwari. Sementara itu, inflasi terendah dialami oleh kota Merauke dengan tingkat inflasi sebesar 4,15% (yoy),” tambahnya.
Dari sisi produktivitas, Indikator Nilai Tukar Petani (NTP) per Februari 2023 menunjukkan bahwa NTP di Maluku Utara berada di angka 103,50, sedangkan Nilai Tukar Nelayan (NTN) Maluku Utara berada di angka 104,24. Untuk neraca perdagangan, total ekspor kumulatif hingga akhir Februari 2023 tercatat USD1.595,37 juta dengan komoditas yang paling banyak diekspor berupa Ferro Nickel.
Tinggalkan Balasan