Nita bilang, kehadirannya ini paling tidak telah menjadi pengobat kerinduan bagi masyarakat adat yang selama ini menurutnya seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
“Ou (sultan) so tara ada, boki (permaisuri) tara ada, gitu kan. Jadi alhamdulillah, sekarang sudah bisa bergabung di sini. Kalau saya yang lain-lain itu nanti saja lah, gitu yah,” imbuhnya.
Jauh pada tahun-tahun sebelumnya, Nita mengaku sudah terus diundang pulang ke Ternate oleh masyarakat adat, baik yang ada di Pulau Hiri maupun di Dufa-Dufa.
Alhasil, Nita memilih menetap sementara di Hiri karena dirasa lebih aman, dan dirinya pernah diambil sumpah sebagai Boki dan Wali Kolano juga di Hiri.
Nita bercerita, status Kolano Madoru sudahlah jelas. Bahkan, di saat usia 45 hari, kedua anak kembar ini telah melalui prosesi sinonako sebagai pewaris tahta Kesultanan Ternate langsung oleh Sultan Mudaffar Sjah.
“Mulai mereka umur 45 hari kan sudah sinonako untuk penerus dari pada Sultan Mudaffar Sjah. Nanti saya kembalikan ke masyarakat adat maunya gimana?” timpalnya.
Tinggalkan Balasan