Supriyadi menambahkan, selama ini perusahaan tidak menghargai masyarakat dengan menentukan sendiri harga dan menilai murah kebun masyarakat.
“Kebun kami ini produktif, ada tanaman pala yang menjadi komoditas andalan warga di sini,” tegasnya.
Jamaluddin Bandang, pemuda dan pemilik kebun di wilayah tersebut juga menolak melepas tanahnya.
“Saya juga tolak menjual kebun kami,” katanya.
Sementara itu, Juru Bicara Koalisi Selamatkan Kampung Sagea (SKS) Adlun Fiqri mempertanyakan tujuan peruntukan lahan di kawasan itu.



Tinggalkan Balasan