Publik juga diharapkan dapat menyaring setiap berita yang dipublis, sebab banyak juga hoaks yang berseliweran di media sosial Facebook, Twitter, olehnya itu selalu selektif dalam konsumsi berita.
“Hal ini sebagaimana tercantum dalam dalam Alquran. ‘Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al Hujurat: 6)’,” kata Ketua ICMI Malut Kasman Hi. Ahmad mengutip ayat suci Alquran.
Saya tidak mengulas kembali isi buku yang telah ditulis oleh saudara Ghalib Umabaihi. Namun kita patut memberikan apresiasi kepada saudara Ghalib Umabaihi dengan ide dan gagasan beliau telah melahirkan buku tersebut, sehingga ini menambah khasanah intelektualitas dan catatan bagi kita semua terutama yang menjadikan jurnalistik sebagai jalan hidup pengabdian kepada bangsa dan negara.
Namun, dari materi yang mengemuka pada tadarus tersebut, menjadi otokritik bagi dunia media dan jusnalisitk untuk terus berbenah diri. Sebagai orang yang bergelut di dunia jurnalistik, profesi ini sangat mulia. Tanpa media, kasus-kasus seperti korupsi kelas teri, korupsi kelas hiu putih, mafia BBM, narkoba, hingga kejahatan antar negara tak terungkap ke permukaan publik. Kerja-kerja profesional tersebut, lah akan menghasilkan karya nyata meski sebuah berita kadang nyawa menjadi taruhannya.
Yuk untuk lebih jelas, apa itu pers? Menurut Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers, yang dimaksud dengan pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik dan meliputi: mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Secara umum peran dan fungsi pers adalah menyiarkan informasi, mendidik, menghibur, dan kontrol sosial.
Perlu ingat, bahwa agar media selalu survive di tengah gempuran era digital ini, pertama terus membangun komunikasi yang baik dengan relasi atau sumber. Kedua, selalu kreatif dan inovatif, kejujuran, selalu mengikuti perkembangan teknologi komunikasi, tunjukan profesionalitas dan terakhir tidak terlepas dari bisnis (advertorial, iklan dan sumber halal lainnya).
Bila ada oknum wartawan yang memanfaatkan pekerjaannya untuk memeras atau meminta-minta kepada pejabat, perusahaan atau persero lainnya itu bukan atas nama wartawan. Namun, perilaku tersebut lebih kepada oknum. Karena masih banyak wartawan baik yang menjalankan tugas selalu tunduk dan patuh pada kode etik. (*)
Tinggalkan Balasan