Tandaseru — Gelaran Festival Kampung Pulau di Kecamatan Gane Barat Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara terus menampilkan kearifan lokal tiap desa. Warga Desa Posi-posi, misalnya, menampilkan tradisi Gulingan Gucila dalam festival yang dihelat PakaTiva dan EcoNusa tersebut.
Gulingan Gucila adalah tradisi menumbuk jagung menggunakan peralatan tradisional. Gucila dalam bahasa lokal Suku Makian memang berarti jagung.
Gulingan Gucila umumnya dilakukan kaum perempuan. Dalam acara spesial, mereka akan mengenakan kebaya kutubaru dan bedak giling sembari menumbuk jagung. Selain beras, jagung juga menjadi salah satu makanan pokok masyarakat di Maluku Utara.

Menumbuk jagung sudah dilakukan oleh nenek moyang warga Posi-posi.
Masuria Waisaloma, salah satu warga Posi-posi mengatakan, alat untuk menggiling jagung yang terbuat dari batu merupakan warisan para leluhur. Alat-alat itu harus dijaga dan disimpan hingga kini.
“Tradisi lokal Gulingan Gucila ini dilakukan apabila ada acara di kampung,” jelasnya, Rabu (28/10).
Warga lain, Norma Lesi menambahkan, sejak zaman dahulu kala pada saat proses Gulingan Gucila warga melantunkan lagu manika alias togal yang disebut Moro-moro atau Habo. Lagu daerah ini mengingatkan tentang kehidupan.

Dalam Gulingan Gucila, jagung mentah ditumbuk, lalu diayak untuk dipilah jika ada kulit atau daun yang ikut tertumbuk. Selanjutnya, jagung disaring lantas digiling ulang hingga halus.
“Jagung yang sudah digiling itu hasilnya bisa kita gunakan untuk membuat kue, bubur dan bisa dicampur dengan beras lalu dimasak,” ucap Norma.
Tinggalkan Balasan