Oleh: Ahmad Yani Abdurrahman

_______

MESKIPUN Pilpres telah berakhir dan pasangan Prabowo-Gibran telah menjadi pemenangnya, upaya menjegal Anies Baswedan sepertinya takkan berhenti. Entah dosa apa yang telah diperbuat pada rezim ini sehingga Anies dianggap duri dalam daging yang harus diamputasi.

Setelah Pilpres Anies kembali berniat bertarung merebut kursi Gubernur DKI Jakarta, maklum selain incumbent, hampir sebagian besar hasil survei masih menempatkan Anies pada posisi teratas dan tidak terkalahkan. Partai yang tergabung dalam koalisi perubahan dengan bersemangat memberikan dukungan mulai dari PKS, Nasdem, dan PKB.

Namun belakangan partai yang tergabung dalam koalisi perubahan mencabut dukungan terhadap Anies. PKS partai pertama yang mendeklarasikan Anies sekaligusnya mencabut dukungannya dengan alasan Anies tidak mampu mencari tambahan kursi dari partai lain disusul Partai Nasdem dan PKB.

Jakarta memang berbeda dengan provinsi lain di Indonesia. Jakarta ibarat magnet Indonesia, barometer kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Kata orang jadi Gubernur DKI Jakarta sama dengan Presiden. Bahkan ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta, Anies disebut Gubernur rasa Presiden.

Rasa Presiden karena memiliki reputasi dan prestasi luar biasa. Modal inilah membuat rakyat Jakarta masih merindukan sosok Anies kembali memimpin Jakarta. Hasil survei serta kecintaan rakyat terhadap Anies Baswedan membuat sejumlah politisi kawakan dan politisi karbitan berpikir seribu kali bertarung melawan Anies. Sejumlah nama yang digadang menjadi Calon Gubernur DKI seperti RIdwan Kamil, Ahmad Syahroni, Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok, termasuk putra bungsu sang Presiden Jokowi, Kaesang Pangerap harus putar balik mengatur langkah mencari daerah yang punya peluang untuk menang. Nama-nama di atas selain memiliki dukungan partai politik, juga ditunjang dukungan finansial yang fantastis.

Meskipun masih ada waktu sepekan dimulai pendaftaran pasangan calon kada, peluang Anies memperoleh tiket Pilgub sudah tertutup rapat. PDIP satu satunya parpol yang belum menentukan calonnya juga tak mungkin mendukung Anies karena tidak memenuhi syarat pendaftaran. Fenomena penjegalan bukan saja dialami Anies. Airin Rachmi Diani, mantan Wali Kota Tangsel, kader Golkar yang berpeluang menjadi Gubernur Banten harus menelan pil pahit karena tidak mendapat dukungan partainya sendiri.