Oleh: Anwar Husen
Kolomnis/Tinggal di Tidore
_______
SEORANG anak gadis yang masih bersekolah berupaya menguntit untuk bisa bertemu seorang Direktur muda, namanya Hao, di sebuah perusahaan di kantornya, hendak menawarkan untuk bisa bekerja. Kerja apa saja untuk membiayai perawatan kesehatan ayahnya. Dia rela meninggalkan sekolahnya, meski rekan-rekannya membujuk untuk tetap bersekolah. Dia beralasan tak ada lagi mood untuk bersekolah, tak bersemangat.
Direktur yang ditemuinya menasihatinya agar tetap bersekolah, dia bisa membantu biaya perawatan ayahnya, sekaligus biaya sekolah Jiao. Meski begitu, si gadis tetap mau bekerja sebagai cleaning service untuk beberapa waktu. Di waktunya, dia memberi setumpukan uang buat gadis ini dengan tiga pesan: obati sakit orang tua, kembali bersekolah dan jika berkelebihan, jangan lupa membantu mereka yang berkekurangan dan masyarakat banyak.
Sekian waktu berlalu, perusahaan milik sang Direktur tadi tak mampu membayar tagihan dan colaps. Diapun mengalami stres berat dan hanya diam di pembaringan yang lama. Di saat sama, sang gadis tadi, telah berubah nasibnya jadi seorang Direktris hebat, Direktris Jiao.
Ketika datang kabar bangkrutnya perusahaan yang pernah menolongnya di masa lalu, dia bergegas mencari alamat rumah Hao dan menemukannya sedang terbaring di sebuah rumah sederhana, dan hanya ditemani seorang saudara perempuannya.
Dia mengisahkan kembali masa lalunya, tiga pesan direktur Hao yang sukses ditunaikannya dan keadaannya hari ini. Sembari menggenggam tangan Hao, yang sedang “koma”, ini kata-kata “pamungkas”nya sembari terisak: kau telah menyelamatkan keluargaku saat itu, membiayai sekolahku sampai aku lulus kuliah. Sekarang aku sudah sukses. Aku juga membantu anak di pegunungan yang dilanda kemiskinan. Kau telah mengajari aku berbuat baik, membuat aku merasakan di dunia ini masih ada kasih sayang dan kehangatan.
Sejumlah uang kontan dan kartu debitnya disertai pesan agar memberi tahu kakaknya tentang alamat kantornya jika kesadarannya telah membaik, dititipkan pada saudara Hao.
Dari latar video pendek dan nama pemerannya, yang mungkin kita pernah tonton ini, jelas bukan mewakili latar kisah di sini. Tak penting juga dipikirkan, sekalipun ini kisah rekaan. Pesan moralnya yang penting.
*******
Tinggalkan Balasan