Oleh: Sofyan A. Togubu

Pegiat Literasi

______

SECARA umum di Provinsi Maluku Utara, dolabololo dikenal sebagai salah satu sastra lisan berbentuk ungkapan tradisional. Berdasarkan penelusuran data-data sebelumnya, referensi ditemui baik lewat media online dan jurnal, sering dibahas dolabololo masyarakat Kota Ternate. Sementara sastra lisan ini di setiap daerah ada.

Sarmina Ati dalam penelitiannya mengungkapkan sastra lisan dolabololo menurut Pora (2014) adalah sepotong ungkapan pernyataan perasaan serta pendapat seseorang, dalam bentuk sindiran, merupakan dalam masyarakat untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya melalui peribahasa kepada seseorang atau temannya, agar temannya tidak merasa tersinggung karena ketentuan budayanya.

Alasan mendasar ini sehingga penulis yang juga berasal dari negeri kaya akan sejarah itu mengulas soal dolabololo khususnya di Kota Tidore Kepulauan. Sebab, di era serba teknologi ini, generasi dihadapkan dengan modernisasi di mana pola perubahan tradisional menjadi modern, sehingga sudah tentu baik sikap bahkan petuah-petuah para leluhur pun bisa bergeser sesuai dinamika kekinian.

Secara pribadi belum menemukan penelitian terkait tergerus akan nilai luhur. Namun dari berbagai sumber sering terjun dengan kegiatan kampanye Bahasa Daerah Tidore dan juga dolabololo berargumen nampaknya dolabololo jarang terlihat di diaplikasikan kalangan generasi.

Ketika berdiskusi dengan salah satu aktivis komunitas Rumah Bacarita yang bergerak di dunia literasi di Kota Tidore, Ucen Patra Alam, ia berpendapat Tidore pada umumnya tidak berbeda jauh dengan kondisi di Kota Ternate dari sisi sosial kultural masyarakatnya saat ini di sentra perkotaan justru anak muda sibuk nongkrong dan ngopi biasa saja bahkan nilai budaya leluhur seperti dolabololo jarang diimplimentasikan dalam kehidupan.