Oleh : Mansyur Armain
______
DARI lisan. Turun menurun menjelma kata-kata. Paham-paham terus mengalir ke hilir lalu menuliskan dengan cara klasik. Menyuarakan dari puisi yang berisi perjuangan dengan darah. Menyerahkan, meminta, dan mengumpulkan panjang pendek teks-teks yang hilang ditelan waktu dan airmata.
Menelusuri dari artikel, mengkaji, mengajak tokoh-tokoh sejarah yang mati. Jadi debu. Berlalu mungkin harus didiskusikan kemudian merangkul dari suka duka atas kepergian yang penuh pengharapan.
Lalu kita temukan, karya-karya spektakuler yang membawa masyarakat dengan pentingnya memahami murka dari para bangsa Belanda untuk membumihanguskan tanah Banda Naira.
Catatan kaki masih tergores di dinding-dinding benteng. Angin berhembus pelan. Membawa saya bertanya untuk siapa yang paling kejam di antara mereka berlayar bersama kapal-kapal menuju Maluku. Masuk dan terus masuk sampai ke jantung hutan kemudian memonopoli seluruh rempah. Mengadu domba, menjadi budak perempuan-perempuan di Banda Naira.
Hutan adalah sebuah mimpi besar untuk merampas isinya, termasuk pohon kenari dan membangun pertahanan perang. Langit seakan tak sanggup melihat perihal tanah Banda Naira diambil hasil alamnya, dan ditinggal konflik berkepanjangan antara kaum pribumi dan Belanda.
Keberagaman itu, dilihat dari keunikan sebuah gunung dengan hamburan lava yang turun sampai ke pantai, laut, dan beberapa pantai yang ketika senja tiba. Seluk beluk pulau yang masih tersimpan sejumlah harta benda maupun sejarah masa lalu.
Gunung api yang menjulang tinggi di atas permukaan laut, dan di bawah rindangnya pohon pala maupun kenari yang masih menari-menari di hutan. Proses seperti apa, banyak sisa kawah yang tertumpuk di dasar laut . Dan pulau tersebut muncul dari dasar laut atau letusan yang cukup besar sehingga menjadi pulau sangat unik, dan tidak ada penghuninya.
Di antara pertemuan dua selat tanjung saat kita memandang dari gunung. Ada pula, saat kapal yang melintasi masuk di Banda Naira menambahkan kenangan dan air mata saat pulang kampung.
Tinggalkan Balasan