Tandaseru — Dinas Pertanian (Distan) Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, pada tahun 2021 mulai fokus mengembangkan padi gogo di dataran Oba. Pasalnya, sudah banyak permintaan beras dari jenis padi tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Tikep Imran Jasin mengungkapkan, salah satu pihak yang melirik jenis padi gogo adalah perusahaan pengembang kawasan industri PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP). Padi tersebut, kata Imran, saat ini paling banyak disuplai ke PT IWIP yang beroperasi di Kabupaten Halmahera Tengah.
“Iya, memang benar, PT IWIP saat ini banyak beras disuplai dari Oba ke perusahaan tersebut,” ungkap Imran, Selasa (5/1).
Saat ini, hasil produksi padi gogo di dataran Oba masih terbilang sangat minim. Selain karena keterbatasan bibit, juga belum adanya irigasi yang mempengaruhi produksi.
“Memang di Oba Selatan, Oba punya produksi beras. Saat ini belum adanya irigasi, saat ini kan sementara tender untuk pekerjaannya dengan anggaran sekitar Rp 44 miliar dari APBN. Itu kalau sudah jadi, maka sudah bisa fokus untuk pengembangan padi di Kecamatan Oba. Karena irigasinya belum makanya petani masih tanam bawang, rica dan lain. Memang secara ekonomis tanam bawang dan rica sangat menguntungkan, tetapi sawah ini kan diperuntukkan untuk tanam padi, bukan tanam bawang dan lainnya,” jelasnya.
Imran menjelaskan, dengan kondisi belum ada irigasi, 1 hektare sawah bisa menghasilkan 3 sampai 4 ton beras.
“Yang kami pakai sekarang, karena irigasi belum sempurna, yang ditanam di dataran Oba sekarang adalah padi gogo, karena bisa ditanam di lahan kering. Mudah-mudahan di 2021 ini ada bantuan juga melalui APBN untuk bibit padi gogo sebanyak 300 hektare. Insya Allah dengan bantuan ini pengembangan padi di Tidore bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan,” harapnya.
Selain itu, pada 2021 Distan juga fokus pada penyediaan pasokan khususnya barito di Kota Tikep.
“Untuk 2021, kegiatan seperti penanaman cabai, tomat dan bawang memang kegiatannya cukup banyak. Sekarang tinggal kesiapan petani untuk melaksanakan kegiatan itu sejauh mana. Sementara untuk sarana dan prasarana, produksi ini sudah siap melalui DID, ada 1.100 hand sprayer, biotani, pupuk cair organik, terus pupuk MPK sekarang sudah tersedia,” urai Imran.
Sedangkan kegiatan yang ada di APBN, melalui Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara dan APBD Provinsi, Tikep akan kebagian banyak bantuan.
“Untuk Tidore akan mendapatkan bantuan bawang 25 hektare, cabe juga 25 hektare. Artinya kalau dapat bantuan cukup banyak sekali. Begitu juga dengan APBD bawang juga 25 hektare serta cabe juga 25 hektare. Ini nantinya akan didistribusikan di sentral-sentral pengembangan seperti Kecamatan Oba, Kecamatan Oba Selatan, terus Kecamatan Tidore yang meliputi Tidore Utara, Tidore Timur, Tidore Selatan, sementara Kecamatan Tidore lebih difokuskan untuk tomat,” tuturnya.
Dengan adanya banyak bantuan tersebut, Imran optimistis ketersediaan barito untuk petani lokal bisa terjamin. Keterbatasan pasokan di pasar pun bisa diantisipasi.
“Kalau soal produksi saya kira 2021 cukup banyak. Sekarang yang diantisipasi tinggal menjaga jangan sampai over produksi, kalau over produksi seperti bawang dan cabe kurang begitu pengaruh, cuman tomat saja yang dikhawatirkan. Justru penyerapan pasarnya cukup tinggi untuk bawang dan cabe. Yang ditakutkan sekarang adalah over produksi tomat, karena memang curah hujan sudah mulai menurun, maka produksi tomat sudah mulai tinggi. Kalau curah hujan tinggi maka produksi tomat sangat rendah,” katanya.
Ditanya soal kemungkinan Pemda mengintervensi harga pangan di pasar dengan banyaknya produksi, Imran mengaku masih cukup sulit dilakukan.
“Kalau soal intervensi harga kita belum bisa, karena APBD sudah disahkan dan ikhtiar anggaran untuk membantu ke situ atau subsidi ke petani belum ada. Yang bisa saat ini pemerintah lakukan hanya mencari peluang pasar,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan