Tandaseru — Belasan siswa SMK Negeri 5 Kota Ternate, Maluku Utara, diduga mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makan bergizi gratis (MBG) pada, Selasa (22/7) lalu.
Widya (13 tahun) salah satu dari belasan pelajar itu terpaksa harus dirawat di RSUD Chasan Boesoerie Ternate selama 3 hari. Ia mengaku mengalami sakit perut, demam, dan muntah-muntah.
“Pada hari itu, Selasa (22/7), sepulang sekolah saya merasa mual, demam, dan pusing. Di jalan saya juga sempat makan jambu air bersama teman, tapi biasanya makan buah ini tidak pernah bikin saya begini,” kata Widya, Jumat (25/7).
Anwar, orang tua Widya juga membenarkan kondisi tubuh yang dialami putrinya makin memburuk beberapa jam setelah pulang sekolah.
“Awalnya saya kira cuma sakit biasa, tapi lama-lama wajahnya pucat, pusing, dan muntah terus. Akhirnya saya bawa ke rumah sakit,” ungkap Anwar.
Hingga kini, pihak sekolah belum memberikan keterangan resmi terkait kasus dugaan keracunan makanan MBG ini.
Sementara itu, dari pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan A2 akhirnya angkat bicara terkait dugaan belasan siswa SMK Negeri 5 Kota Ternate mengalami keracunan usai mengonsumsi MBG.
Kepala SPPG Yayasan A2, Amar Sidik menjelaskan peristiwa itu terjadi sejak Selasa (22/7). Saat itu, sekitar 17 siswa dari satu kelas diduga mengalami gejala demam, muntah, dan sakit perut setelah menyantap menu MBG di sekolah.
“Gejala itu mulai dirasakan pada Selasa malam oleh sebagian siswa. Sementara pada Rabu, beberapa siswa lainnya juga mengalami gejala serupa,” ujar Amar.
Amar mengatakan pihaknya baru menerima laporan resmi pada Kamis (24/7). Setelah itu, tim SPPG langsung berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk mendata siswa yang terdampak.
“Pada hari yang sama, dapur MBG kami juga menyiapkan sampel makanan untuk diuji bersama Dinas Kesehatan Kota Ternate,” jelas Amar.
Namun menurutnya, sampel makanan tidak dapat diperiksa karena sudah melewati batas uji maksimal.
“Umur sampel hanya 2×24 jam, jadi sudah lewat. Solusinya, kami bersama tim Dinkes akan mendatangi para siswa untuk mengidentifikasi gejala lanjutan,” tambahnya.
Ia menyebutkan, dari 17 siswa yang terdampak, tiga orang masih dirawat di RSUD Chasan Boesoerie dan RS Prima. Sementara sisanya menjalani perawatan di rumah masing-masing.
“Hingga saat ini, kami belum bisa memastikan penyebab pasti sakit yang dialami para siswa,” tukasnya.
Tinggalkan Balasan