Jadi soal demokrasi, toleransi dan keadilan di Maluku Utara tak perlu diragukan, nenek moyang kita telah mendahului semua itu. Toleransi pada prinsipnya tak memaksakan agama kepada orang lain (perspektif teologi), menjaga perdamaian di tengah kehidupan sosial (perspektif sosial) dan menghormati perbedaan etnisitas (perspektif budaya).

Dalam Alquran telah ditegaskan, Surat Al Hujurat ayat 10 “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati” dan Al-Hujurat Ayat 13 “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Penegasannya bahwa saudara yang paling dekat dalam Islam adalah seniman, sementara dalam medis saudara yang paling dekat adalah sekandung atau saudara biologis. Al Hujurat ayat 13 penegasannya tentang hubungan horisontal antara sesama umat manusia. Bukan toleransi tentang memilih pemimpin, sebab pemimpin merupakan seorang Khalifah fil Ardhi yang mestinya mewarisi sifat-sifat kenabian. Setiap keputusan dan tindakannya bersumber dari Al-Qur’an dan hadits.

Termaktub dalam Surat Al-Ma’idah ayat 51, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.

Oleh karenanya, tugas kita selanjutnya adalah merealisasikan, melestarikan dan melanjutkan Ikhwal toleransi dan pedoman dalam memilih pemimpin. Kemudian menjaganya dari derasnya arus teknologi informasi yang bisa saja membuat kita amnesia atas identitas dan sejarah kita sendiri. Generasi boleh cerdas tapi sejarah tak boleh dinafikan, sebab ia adalah penuntun kini dan nanti. (*)