Inklusifisme dan kolaborasi, sambungnya, harus menjadi semangat baru pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di negeri ini. Semangat inklusifisme harus dimaknai sebagai kesadaran melibatkan semua kelompok sebagai bagian dari kesadaran sejarah bahwa hanya dengan kebersamaan kita akan makin kuat sebagaimana semboyan “Marimoi Ngone Futuru”.

“Sementara kolaborasi diperlukan Provinsi Maluku Utara untuk menenun kekuatan rakyat menjadi gelombang kesadaran akan kemajuan dan kehormatan negeri ini,” imbuhnya.

Ia menambahkan, sejarah kedigdayaan negeri ini harus terus dihidupkan dalam memori lintas generasi. Sebab kita pernah menjadi negeri maju dan berkuasa beberapa abad yang lalu, dan sejarah mencatat kunci kedigdayaan Maluku Utara karena memiliki kekayaan alam melimpah (rempah) dan kekayaan moral melalui mahkota agama dan budaya.

“Saya percaya jika ingatan sejarah ini dihidupkan di setiap generasi dan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan maka Maluku Utara menjadi provinsi yang maju dan unggul. Provinsi Maluku Utara milik kita semua, dirgahayu Provinsi Maluku Utara,” tandas Hasby.