Tuduhan itu semakin meyakinkan kita bahwa, kekuasaan hari-hari ini mulai merancang strategi anti intelektualisme sebagai tameng untuk menutup tampilan buruk yang sejak lama merusak semua sendi demokrasi, sehingga penting bagi mereka memasung setiap warga negara yang kritis, dan terus-menerus mengintai pemikiran kaum intelektual.
Di satu sisi, ketika kita berupaya untuk mencapai titik puncak kemapanan sistem demokrasi, maka hal tersebut harus dihalangi supaya tidak berhasil. Tentunya sebagai rakyat, kita akan dibuat bingung; mengalami disorientasi, cemas, dan berada dalam situasi ketidakpastian. Akibatnya, pemerintah akan sangat mudah mengatur kompas demokrasi sesuai selera politiknya untuk melanggengkan kekuasaan.
Bukti faktual pelanggengan kekuasaan itu dapat kita amati misalnya dari pemaparan tiga ahli hukum tata negara: Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar, dalam Dirty Vote (2024) melalui channel youtube PSHK Indonesia. Dalam uraian ketiga pakar ini membuka mata dan telinga kita menyaksikan kejahatan kekuasaan itu telah beroperasi secara halus. Seperti doktrin politik ala bansos, agar pemerintah selalu diapresiasi telah memberi manfaat dari apa yang selama ini tidak diperoleh rakyat.
Bayangkan saja, bentuk terburuk penyebaran bansos ialah justru dilakukan dengan pesan politik parsial. Sudah berjalan dari tahun ke tahun, terlebih di saat masa pemilu. Per 2023 – 2024 angkanya mendadak lebih besar dari momentum pemilu sebelumnya. Pemaparan Bivitri Susanti sangat detail, bahwa baru awal 2024 dana yang digelontorkan mencapai Rp 78,06 triliun. Berbeda dengan awal tahun pada pemilu sebelumnya, Januari 2019 hanya Rp 15,1 triliun.
Ini bukan anggaran yang sedikit, sayangnya digunakan sebagai konten licik dan unfair dalam kampanye politik di masa pemilu demi keberlanjutan kekuasaan despotik. Keadaan inilah yang kemudian mendorong kita melawan dalam bentuk apapun untuk menumbuhkembangkan pengetahuan dan kesadaran publik, termasuk bersuara lewat tulisan. Jangan Diam.
Salam Empat Jari. Selamatkan Demokrasi. (*)
Tinggalkan Balasan