“Kami sengaja memakai speed besar yang ada beberapa kamar untuk tidur. Usai diskusi di malam hari, kita kembali ke speed untuk istirahat. Lanjut berlayar pagi hari ke titik berikutnya supaya ombak tidak terlalu besar,” jelas Graal.

Warga Desa Palamea bertanya kepada Dr. Graal (17/1/2024). (Istimewa)

Mereka pun mengalami tantangan dalam hal konsumsi. Fasilitas speed tentu terbatas, tidak selayaknya rumah yang ada dapur lengkap dengan peralatannya. Laki-laki kelahiran Wayaua, Bacan ini menyiasati kendala tersebut dengan mengajak warga di titik lokasi diskusi bekerja sama.

Ibu-ibu Desa Laluin gembira membahas politik (16/1/2024). (Istimewa)

“Kami bangun komunikasi dengan setiap penanggung jawab kegiatan untuk berkenan menyiapkan makanan dengan biaya operasional dari tim. Setiap singgah di satu titik, kami biasanya makan malam sebelum kegiatan dan paginya mereka siapkan sarapan,” ujar Graal.

Respon Hangat Warga

Dengan skema yang dipraktikkannya ini, tak disangka respons warga begitu luar biasa. Kata Graal yang juga seorang pegiat politik gagasan ini, “Saya sangat terima kasih dong (warga) berkenan babarepot untuk menyiapkan makanan bagi torang. Lebih jauh, semoga apa yang kita lakukan ini bisa menjadi berkat bagi warga, meski tidak banyak.”

Warga Desa Palamea tertarik membahas politik (17/1/2024). (Istimewa)

Warga terlihat sama sekali tidak merasa direpotkan. Di Palamea, warga siapkan dan menawarkan kamar jika ada tim yang mau sekadar istirahat. Di Laluin, ada warga berkata, “Kita so siapkan beberapa rumah untuk Pak Graal dan tim bisa bermalam. Jadi bisa istirahat dulu setelah kegiatan.”

Makanan yang disiapkan warga Desa Laluin (16/1/2024). (Istimewa)

Hal serupa juga ditawarkan warga Loleo Jaya, “Bermalam saja di sini sudah, di rumah kami. Tong tra merasa direpotkan. Jika kami so tarima, berarti kami so siap untuk bantu semua.”