Semua caci maki, hinaan, hujatan diarahkan kepada Ganjar yang disebut membunuh harapan anak-anak muda merasakan pertandingan piala dunia U-20. Pemerintah dan FIFA, yang telah menggelontorkan dana dalam persiapan tuan rumah disebut rugi akibat pembatalan tersebut. Ganjar diminta bertanggungjawab atas pembatalan tersebut, oleh sejumlah pihak yang mengklaim memisahkan sepak bola dengan politik. Namun ternyata pihak yang keberatan dengan sikap Ganjar pada saat itu, kini berada pada kutub politik yang berbeda dengan Ganjar. Para haters Ganjar ternyata juga para politisi yang kini masuk tim sukses putra Jokowi. Pembatalan tuan rumah oleh FIFA dikapitalisasi menghancurkan Ganjar.

Saat ini, isu Palestina kembali mengemuka, ada gelombang aksi save Palestine. Publik akhirnya sadar bahwa para politisi mulai berani menyatakan sikap karena Pemilu sudah dekat. Berbeda dengan Ganjar yang tidak mau ikut- ikutan mendadak Palestina. Ganjar yang sebelumnya dicaci, dimaki, kini malah dipuji, disebut sebagai pemimpin yang berani. Ganjar tidak butuh status presiden untuk taat dan patuh pada konstitusi. Saat kelompok oligarki sibuk ingin mengutak-atik konstitusi, melancarkan manuver politik amandemen konstitusi, mengakomodasi penundaan Pemilu atau masa jabatan presiden 3 periode, Ganjar justru berdiri tegak meski sendiri tunduk dan taat dan setia pada konstitusi.

Tidak ada seorangpun bakal capres yang berani menyatakan sikap menolak Israel saat itu selain Ganjar. Sementara saat ini mereka berlomba mendadak Palestina, memasang tagar #savepalestina. Menyampaikan sikap terbuka, maupun lawat medsos, membela dan mendukung Palestina. Mereka telah berani menyatakan sikap, setelah melihat gelombang besar reaksi umat. Laman medsos para bakal capres dan cawapres pun mulai diisi ekspresi peduli, syal corak Palestina pun kini dipakai. Pengiriman bantuan yang melibatkan kementerian tertentu pun kini dijadikan amunisi, jadi bukti keberpihakan demi kontestasi.

Dukungan bagi perjuangan Palestina adalah amanat konstitusi yang harus terus disuarakan dan diperjuangkan. Ganjar melakukannya dengan berani meski sendiri, bersuara meski dicela, dicerca dan dihina. Namun Ganjar telah merintis jalan sejarah, patuh dan taat kepada konstitusi, demi kemanusiaan dan kemerdekaan manusia, bukan untuk kepentingan politik kekuasaan dan kepentingan diri sendiri. Ganjar tidak ikut mengirim bantuan atau orasi di depan massa aksi untuk membela Palestina. Ganjar tidak mendadak Palestina demi suara, demi menjadi juara. (*)