Tandaseru — Para aktivis di Kepulauan Sula, Maluku Utara, memblokir jalan lintas yang melewati Kali Baleha sepekan belakangan. Aksi ini dilakukan aktivis GMNI, IMM, dan Individu Pro Demokrasi.

Pada hari ketujuh pemblokiran, Minggu (1/10), massa aksi melakukan aksi pembakaran jenazah sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemda yang tidak pernah merespon unjuk rasa tersebut. Padahal, aksi yang dilatarbelakangi tuntutan pembangunan jembatan Kali Baleha itu dinilai urgen.

Rifki Leko, Ketua Cabang DPC GMNI Sula, mengatakan jika Bupati Fifian Adeningsi Mus punya hati maka ia pasti bisa merasakan kegundahan masyarakat Baleha yang sangat membutuhkan jembatan.

“Bupati perlu tahu bahwa saat hujan deras, masyarakat sangat khawatir. Apalagi sampai terjadi banjir bandang itu mereka tidak bisa ke kota untuk belanja dan menjual hasil kebun dan hasil nelayan mereka. Belum lagi anak-anak sekolah yang dari Waigoi dan Waisepa itu tidak bisa juga bersekolah. Bagaimana kita bisa bicara bahagia pendidikan, bahagia ekonomi, apalagi bahagia pembangunan, sedangkan jembatan Kali Baleha saja tidak dibuat, ini kan aneh,” paparnya.

Ia berharap, pemda dapat mengambil langkah progresif memperjelas status jembatan Kali Baleha.

“Jika tidak ada kejelasan dari Bupati, saya pastikan kami tetap memboikot jalan lintas Kali Baleha sampai puncak Festival Tanjung Waka,” tegasnya.