“Pertumbuhan kredit pada triwulan II 2023 tetap tumbuh 9,45% (yoy), melanjutkan pertumbuhan pada triwulan I 2023 yang tumbuh sebesar 28,72% (yoy). Kinerja perbankan yang masih positif seiring dengan impresifnya pertumbuhan industri pengolahan nikel dan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19,” terangnya.
Hal ini sejalan dengan optimisme perusahaan yang kembali melakukan ekspansi bisnis. Dari sisi NPL pada kredit konsumtif mengalami penurunan dari 0,81% pada triwulan I 2023 menjadi 0,74% pada triwulan II 2023.
Sejalan dengan hal tersebut, kredit produktif juga mengalami penurunan dari 2,76% pada triwulan I menjadi 2,10% pada triwulan II 2023. Secara keseluruhan NPL masih berada di bawah 2% namun perlu menjadi perhatian untuk kredit produktif di tengah akselerasi pertumbuhan kredit.
“Jumlah transaksi pembayaran tunai (outflow) Bank Indonesia kepada perbankan pada periode triwulan II 2023 adalah sebesar Rp1,17 triliun, meningkat dibandingkan triwulan I 2023 yang tercatat sebesar Rp 0,47 triliun. Terjadinya kenaikan transaksi pembayaran tunai tersebut seiring dengan pola kegiatan dan konsumsi masyarakat pada momen HBKN Idul Fitri 1444 Hijriah. Sedangkan, transaksi setoran tunai (inflow) triwulan II 2023 Maluku Utara mencapai Rp 0,61 triliun, mengalami deselerasi dibandingkan triwulan I 2023 yang tercatat sebesar Rp 0,85 triliun. Dengan demikian tercatat net outflow sebesar Rp 0,558 triliun pada triwulan II 2023,” terangnya.
Selanjutnya dari sisi non-tunai, transaksi RTGS mengalami penurunan sejalan dengan
transaksi SKNBI. Kendati demikian, transaksi digital seperti penggunaan QRIS terus mencatatkan pertumbuhan positif, di mana jumlah merchant QRIS di Maluku Utara hingga akhir bulan Juni 2023 telah mencapai 85.846 merchant dengan pertumbuhan sebesar 25% (yoy) dibandingkan Juni 2022.
Transaksi penggunaan QRIS di Maluku Utara juga terus meningkat. Pada Bulan Juni 2023, tercatat transaksi QRIS sudah digunakan hingga 40.888 kali transaksi, dengan nominal mencapai lebih dari Rp 5.922 Juta.
“Perekonomian Provinsi Maluku Utara pada tahun 2023 diproyeksikan mengalami deselerasi, dibandingkan tahun 2022 dengan range pertumbuhan 20,21% – 24,21% (yoy) yang didorong oleh perlambatan pertumbuhan aktivitas produksi produk olahan nikel. Dari sisi permintaan, deselerasi perekonomian pada tahun 2023 didorong oleh perlambatan pertumbuhan ekspor barang dan jasa terutama pada komoditas produk olahan nikel,” terangnya.
Tinggalkan Balasan