Tak hanya bermodalkan keindahan panorama alam yang begitu memesona, dentuman musik tradisional sebagai backsound yang dipilih untuk mengiringi bait-bait puisi seolah menciptakan kesan kuat akan keagungan budaya para leluhur di negeri yang pernah menjadi incaran bangsa-bangsa Eropa karena harum aroma rempahnya khususnya pala dan cengkeh.

Patut pula disadari bahwa tak mudah menekuni dunia digital bermodalkan konten yang dibagikan ke khalayak ramai. Sebagai pemuda yang bermodalkan semangat dan niat mulia tersebut Jeje pun tak luput dari berbagai pandangan miring dan cibiran yang datang dari orang terdekatnya seolah memandangnya dengan sebelah mata sembari berucap “karja hanya tindis-tindis (menekan) HP”.

Jeje tetap menghadapi semua itu dengan sabar sembari terus berusaha mengembangkan talentanya. Semua itu dilakukannya hanya semata-mata untuk kampung halamannya dan masyarakat banyak,

Kini, pemuda 24 tahun tersebut secara bulat memutuskan untuk tetap konsisten di jalur yang telah digelutinya bertahun-tahun sebagai konten kreator untuk terus berkarya dan menginpirasi generasi muda di lingkungan sekitarnya.

“Untuk bersama-sama mempromosikan potensi pariwisata dan kebudayaan yang begitu berlimpah,” tuturnya.

Ditanya soal peran pemerintah daerah untuk turut mendukung apa yang sedang giat dilakukan Jeje, dirinya hanya bergumam sembari merangkai harap menepis segala ragu untuk berkarya dan berkarya dan terus berkarya.