Menurut, Sheikh Muhammad Al-Jibaly “Bagian utama dari perayaan tersebut bukanlah makan atau minum – melainkan, itu adalah doa yang menyatukan umat Islam untuk mengingat karunia Allah dan merayakan kemuliaan dan kebesaran-Nya.

Dengan begitu, Idul Fitri bukanlah Hang out untuk berlibur ke tempat wisata yang sedemikian itu adalah budaya Eropa. Etiknya bisa begitu asalkan yang dibawa adalah anak-anak yatim piatu, orang fakir dan miskin untuk membuat mereka senang. Sebab kesenangan dan kebahagiaan yang dimaksud adalah bernilai ibadah kepada Allah SWT.

Seperti yang dilakukan Nabi Muhammad Saw, suatu saat setelah turun sholat Idul Fitri. Dalam perjalanan kembali ke rumah, Ia menemukan “Zubair Bin Saghir” seorang anak kecil,  yang duduk sendirian di pinggir jalan. Zubair menangis dan terlihat sangat sedih. Nabi menepuk pundaknya dan bertanya ‘mengapa kamu menangis?’ Tanpa menengok ke arah nabi ‘Tolong tinggalkan aku sendiri’ isak Jubair. Begitulah kesedihannya dengan menangis tersedu-sedu.

Nabi yang makin mendekat mengusap rambut Jubair dan bertanya lagi mengapa kamu menangis.? Kali ini Jubair meresponnya, ‘Ayah saya syahid berperang, dan sekarang ibu saya telah menikah lagi dan ayah tiri saya tidak ingin saya tinggal di rumah lagi. Hari ini adalah Idul Fitri, semua orang senang, punya baju baru dan makanan enak, tapi saya tidak punya baju kecuali yang saya kenakan. Saya tidak punya makanan dan saya bahkan tidak punya tempat tinggal.