Keyakinan hidupnya tak pernah goyah. Mungkin pikiran dan tindakan Nini mirip dengan apa yang dilakukan bintang asal Amerika Whitney Houston. Penyanyi yang kita kenal dengan single “I Will Always Love You”, “I Have Nothing”, “One Moment In Time” dan “I Wanna Dance With Somebody” ini suatu ketika pernah mengatakan “Saya sudah lama memutuskan untuk tidak berjalan dalam bayang-bayang siapapun. Jika saya gagal atau jika saya berhasil, setidaknya saya telah melakukan apa yang saya yakini”.

Tahun 2002, penggemar Queen ini menikah untuk kedua kalinya dengan Ade Gamtohe – seorang produser lagu daerah yang lama menetap di Jakarta. Ade sebelumnya telah memproduseri album “Kie Matubu”. Ia pulang ke Ternate untuk mengambil “gambar latar” melengkapi album yang akan diproduserinya. Keduanya saling jatuh cinta saat membuat album perdana Nini bertitel “Sayang-Sayang”. Nini kemudian ikut Ade kembali ke Jakarta. Ia sempat bernyanyi di beberapa tempat. Di ibukota negara ini, keduanya merilis album kedua Nini bertitel “Folahi Ampong”.

Hanya dua tahun di Jakarta, mereka memutuskan pulang ke Ternate. Ketika batu bacan jadi primadona, Nini sempat berhenti bernyanyi dan beralih profesi mengurusi bisnis batu bacan. Ia jadi ketua Gamalama Gems Stone –sebuah lembaga yang menyelenggarakan pameran batu bacan di Ternate. Usai itu, Ia lebih banyak di rumah mengurusi dua cucunya. Sesekali ketika Dana tampil, Nini kerap menemani.

Ketika saya tanya mengapa kegemilangan Indras band dan munculnya banyak sekali penyanyi lokal di tahun 80an seperti sulit terulang saat ini, Nini menduga karena minimnya ajang pencarian bakat. Tak ada lagi lomba cipta lagu lokal. Dampaknya penyanyi lokal makin sulit didapat. Jika ada yang muncul hanya satu dua. Itupun murni kerja keras mereka. Pemerintah tak punya kepedulian. “Saat ini kalo anak-anak mau ikut lomba di luar daerah, terpaksa cari akal sendiri”, keluhnya.

Nini –bassist perempuan satu-satunya yang pernah ada di tanah Maluku- ini juga menyesalkan fenomena kekinian dimana festival nyanyi dilakukan tanpa band pengiring. Semua serba instan. Padahal musik punya kehidupan sendiri. Ia tak hanya kombinasi bunyi di antara nada dan melodi tetapi juga memantaskan harmoni kehidupan sebagaimana kata Plato: musik adalah hukum moral. Musik memberikan jiwa ke alam semesta, sayap ke pikiran, terbang ke imajinasi dan pesona serta kegembiraan untuk hidup dan segalanya. (*)