“Sebagaimana yang kita ketahui, salah satu penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto di Maluku Utara adalah sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Hal ini didukung oleh kondisi geografis Maluku Utara yang subur dan lautan yang luas. Lebih berfokus pada perkebunan, Maluku Utara Menjadi daerah penghasil kelapa terbesar ke-4 di Indonesia dengan luas areal perkebunan mencapai 203.008 Ha (tahun 2021),” jabar Adnan.

Namun, sampai saat ini, di Maluku Utara kelapa mayoritas hanya diolah menjadi kopra. Berdasarkan pengamatan, kelapa masih belum diolah secara optimal. Pengolahan kelapa menjadi kopra hanya sebatas memanfaatkan daging kelapa saja. Sementara air kelapa, tempurung kelapa dan sabut kelapa belum dimanfaatkan.

Berkaca pada beberapa daerah lain di Indonesia, seluruh bagian buah kelapa bahkan pohon kelapa dapat dimanfaatkan atau memiliki nilai ekonomis. Air kelapa selain diminum langsung dapat diolah menjadi Nata de Coco, CocoFiber dan Coco Peat. Sedangkan, tempurung kelapa dapat diolah menjadi Arang Tempurung Kelapa. Melihat kondisi ini, Potensi Industri CocoFiber dan Coco Peat, Industri Nata de Coco, Industri Arang Tempurung Kelapa, Industri Kopra Putih dapat diwujudkan jika mendapatkan dukungan. Saat ini, Pemda mendukung melalui program Parapara Emas.

“Program Kelapa Berharga Petani Sejahtera Ekonomi Maluku Utara Stabil (Parapara Emas) merupakan konsep berupa inovasi untuk memanfaatkan semua potensi buah kelapa menjadi produk-produk yang memiliki nilai jual. Selain itu, Pemda bersama Kementerian. Pertanian menyelenggarakan kegiatan pembinaan dan pelatihan (asistensi) kepada petani untuk mulai merambah ke produk turunan lain selain kopra,” jelasnya.

“Oleh karena itu, pembiayaan KUR juga dapat dioptimalkan dalam pengembangannya. Dukungan pembiayaan sangat vital bagi keberlangsungan produksi. Kanwil DJPb pada TA 2023 ini akan mendorong penyaluran KUR sektor pertanian melalui berbagai program berupa sosialisasi, pembinaan, dan pemberdayaan UMKM,” tandas Adnan.