“Jika dilihat perkembangan distribusi PDRB selama 5 tahun terakhir, terjadi penurunan yang signifikan pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Di sisi lain, terjadi peningkatan sektor industri pengolahan dan pertambangan,” tambah Adnan.

Beralih ke inflasi, Provinsi Maluku Utara pada bulan Desember 2022 mengalami inflasi sebesar 1,06 persen (m-to-m) atau 3,37 persen (yoy), lebih rendah di bawah inflasi nasional sebesar 5,51 persen (yoy). Adapun kelompok yang memberikan andil inflasi secara tahunan terbesar yaitu kelompok transportasi dengan andil sebesar 2,13 persen, dengan sumbangan dari tarif angkutan udara dan tarif angkutan dalam kota.

“Tantangan yang perlu diantisipasi dalam upaya pengendalian inflasi antara lain adanya tren peningkatan mobilitas masyarakat yang memicu kenaikan harga komoditas angkutan udara, peningkatan komoditas pangan yang tinggi seiring dengan pertumbuhan industri smelter dan
pertambangan yang pesat, potensi kenaikan harga beras karena belum masuknya musim panen di beberapa titik sentra produksi, serta adanya dampak dari cuaca ekstrem yang dapat mempengaruhi produktivitas pertanian dan perikanan,” lanjutnya.

Sementara itu, dari sisi produktivitas, Indikator Nilai Tukar Petani (NTP) dan Indikator Nilai Tukar Nelayan (NTN) per Desember 2022 menunjukkan bahwa NTP di Maluku Utara berada di angka 105,21. Sedangkan NTN Maluku Utara berada di angka 99,83.

Untuk Neraca Perdagangan, total ekspor Januari-Desember 2022 tercatat USD8 202,4 juta dengan komoditas yang paling banyak diekspor berupa Ferro Nickel. Sementara itu, komponen impor selama Januari-Desember 2022 tercatat sebesar USD3.002,63 juta dengan Batu Bara/Semi Coke sebagai komoditas yang paling banyak diimpor.

Melangkah ke isu strategis regional, isu yang dibahas kali ini berupa perkembangan Peluang Investasi Maluku Utara dalam bentuk Pengembangan Agroindustri Kelapa di Maluku Utara.