Setelah memenuhi kewajiban membayar iuran anggota Pelti itu, maka setiap anggota Pelti berhak menggunakan lapangan Pelti atau tidak menggunakan lapangan Pelti. Patut diperhatikan, pengurus Pelti tidak berhak melarang atau membatasi hak setiap anggota Pelti dengan Aturan-aturan yang dapat dianggap bertentangan dengan AD/ART Pelti.

Terlepas dari bagian yang menjadi kontroversi dari aturan penggunaan lapangan Pelti yang baru di atas, kami akan menunggu dan ingin melihat konsistensi dan ketegasan dari pengurus Pelti Ternate atas penerapan aturan ini, khususnya kepada orang-orang tertentu yang selama ini (baik cuma sekali sekali ataupun seringkali) menggunakan lapangan Pelti tetapi keberatan dan atau bahkan tidak pernah membayar iuran penggunaan lapangan yang sebesar Rp 100.000 per bulan itu.

Jika pada bulan Februari nanti (tanggal 1 sampai dengan tanggal 10), orang-orang yang selama ini diketahui tidak pernah patuh dalam membayar iuran (apapun istilah iurannya) tetap tidak patuh dalam membayar iuran penggunaan lapangan ini, maka sudah selayaknya jika pengurus Pelti segera mengadakan rapat atau musyawarah untuk mengevaluasi aturan tersebut.

Hal lain yang mungkin menjadi faktor keberatan dalam membayar iuran tersebut (selain mental dan karakter yang memang pembangkang), adalah jumlah atau nominal iuran tersebut yang dianggap oleh sebagian pehobi tenis (terutama pehobi tenis senior yang sudah pensiun) terlalu besar.

Hal yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa setelah pensiun, pemasukan utama mereka berkurang secara drastis, sementara belanja untuk kebutuhan hidup mereka relatif tetap atau bahkan bertambah.

Di samping itu, kami melihat ada unsur ketidakadilan dalam penerapan aturan tersebut, khususnya kepada mereka yang hanya bermain (menggunakan lapangan) pada hari Sabtu dan Minggu pagi.